S e l a m a t   D a t a n g di Blog Pusat Sumber Belajar SMA Negeri 1 Kota Cirebon Info : Ferifikasi Data Siswa Baru/PPDB SMA RSBI Negeri 1 Kota Cirebon dari tanggal 5 - 15 Mei 2012 silahkan Klik ke www.smansa.ppdbrsbi-cirebon.org

Kamis, 21 Oktober 2010

Marka Molekuler


1.1. Latar belakang.
Penanda genetic

Penanda genetik merupakan alat bantu mengidentifikasi genotipe suatu individu. Dalam melakukan analisis menggunakan penanda genetik, polimorfik merupakan faktor penting. Polimorfisme diperlukan karena penanda genetik harus dapat membedakan individu-individu dalam populasi yang diteliti. Polimorfisme adalah penampilan bentuk yang berbeda yang berasosiasi dengan berbagai macam alel dari satu gen atau homolog dari satu kromosom.

Penanda morfologi

Analisis menggunakan morfologi banyak digunakan karena kemudahan pengamatan dan pencatatan, data juga dapat diperoleh dari koleksi yang sudah diawetkan.Tetapi ekspresi sifat genetik ke dalam sifat fenotip dipengaruhi oleh faktor lingkungan . Identifikasi dan karakterisasi keragaman hayati juga dapat dilakukan melalui analisa morfologi dan anatomi. Demikian juga analisis pewarisan sifat, atau analisis hasil persilangan dapat menggunakan morfologi.

Penanda sitologi

Sitologi yang merupakan cabang biologi yang mempelajari segala sesuatu mengenai sel, banyak digunakan dalam identifikasi keragaman hayati, terutama dalam penentuan tingkat ploidi. Hubungan kekerabatan intra- dan inter-spesies juga dapat ditentukan melalui analisis sitologi dengan perhitungan dan pengamatan kromosom.

Penanda biokimia

Selain kedua penanda di atas (morfologi dan sitologi), analisis biokimia dengan menggunakan isozim dilakukan dalam mengkarakterisasi plasma nutfah. Isozim adalah enzim-enzim yang memiliki molekul aktif dan struktur kimia yang berbeda tetapi mengkatalis reaksi kimia yang sama .

Penanda molekuler

Analisis penurunan sifat, keragaman maupun deteksi mutasi sekarang ini menggunakan penanda DNA, karena beberapa kelebihan antara lain tidak dipengaruhi oleh umur sample, asal jaringan maupun faktor lingkungan. Pada tumbuhan DNA terdapat di nucleus, mitokondria dan kloroplas. Penanda ini mulai dipakai semenjak ditemukannya secara berturut-turut enzim endonuklease restriksi, teknik Southern blot, dan PCR

Makalah ini hanya membicarakan tentang aplikasi dari penanda mikrosatelit pada sapi, RAPD pada karet dan kegunaan dari RFLP serta aplikasi nya dibahas singkat pada beberapa spesies tumbuhan.

1.2. Permasalahan

Pembahasan mengenai penanda genetic mikrosatelit, RAPD,RFLP, dibahas secara sederhana dikarenakan sumber referensi yang masih terbatas.

1.3. Manfaat

Mengetahui metode yang digunakan secara molekuler untuk mengelompokkan, mengetahui karakter , sifat dari spesies yang diharapkan dapat memberi manfaatyang besar kepada manusia.

1.4.Tujuan

Dengan pembahasan yang sederhana ini , dapat bermanfaat untuk memacu penambahan pengetahuan mengenai bahasan penanda molekuler lebih dalam.

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Mikrosatelit

Penggunaan mikrosatelit pada tanaman mangga.

Penanda molekuler mikrosatelit merupakan penanda yang banyak digunakan untuk analisis keragaman pada tanaman. Kelebihan mikrosatelit antara lain memiliki tingkat polimorfisme tinggi, penanda yang kodominan dan spesifik lokus serta tersebar pada genom tanaman menjadikannya pilihan yang baik untuk studi keragaman genetik dan heterozigositas. Penggunaan mikrosatelit untuk analisis keragaman pada mangga sangatlah penting karena Indonesia memiliki lebih dari 250 varietas mangga dan ini merupakan sumber genetik yang potensial untuk program pemuliaan tanaman mangga. Beberapa motif mikrosatelit telah ditemukan pada mangga yaitu GT24AG10,T7ATGT3AT3GT17, AAG4TCC3AAT3, dan CCG6. Pada penelitian ini pertama-tama dilakukan isolasi DNA dari tiga puluh varietas mangga. Empat pasangan primer dirancang dan disintesis yang mengapit motif mikrosatelit. DNA dari ketiga puluh varietas mangga selanjutnya diamplifikasi dengan masing-masing pasangan primer. Hasil dari amplifikasi dielektroforesis pada gel poliakrilamida non-denaturasi dan diwarnai dengan pewarna perak nitrat. Empat pasang primer mikrosatelit tersebut bersifat polimorfik karena menunjukkan polimorfisme yang tinggi untuk masing-masing lokus yang diamplifikasi. Hal ini didukung oleh nilai PIC (Polymorphic Information Content). Nilai PIC sendiri ekuivalen dengan nilai expected heterozigosity sehingga dapat disebutkan bahwa varietas-varietas mangga tersebut juga memiliki heterozigositas yang tinggi. Hasil dendrogam dengan program NTSYSpc 2.0 dari 4 lokus mikrosatelit yang digunakan menunjukkan bahwa penanda-penanda tersebut mampu membedakan 30 varietas mangga. Sehingga keempat penanda lokus mikrosatelit tersebut dapat direkomendasikan sebagai penanda molekuler yang baik untuk analisis keragaman genetik pada mangga.

Marka molekuler mikro satelit yang digunakan pada sapi Bali.

1. Polimorfisme 12 penanda mikrosatelit (BM 2113, CSSM 66, ETH 3, ETH 10, ETH 152, ETH 225, HEL 1, HEL 5, ILSTS, INRA 023, INRA 032 dan INRA 035) telah dipelajari pada sapi bali (Bos sandaicus). Sampel DNA yang diekstraksi dari 25 ekor sapi digunakan sebagai materi utama. Amplifikasi PCR dilakukan menggunakan 12 pasang primer pengapit mikrosatelit. Produk PCR dipisahkan dengan elektroforesis gel poliakrilamid 6 persen. Metode pewarnaan perak digunakan untuk mendeteksi alel setiap lokus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 lokus mikrosatelit yang dianalisis, rata-rata alel yang diperoleh 1,83 buah, dengan jumlah alel tertinggi 3 dan terendah 1. Variasi genotipe yang rendah pada populasi sapi bali menunjukkan bahwa bangsa sapi bali masih memiliki kemurnian tinggi.

2. Potensi mikrosatelit sebagai penanda bangsa sapi. Salah satu karakteristik utama mikrosatelit adalah hypervariable yang jumlah alelnya dapat mencapai lebih dari 18 buah per lokus. Ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa alel suatu mikrosatelit pada suatu bangsa sapi berbeda dengan alel pada bangsa sapi lainnya. Untuk mengetahui potensi mikrosatelit sebagai penanda bangsa sapi, delapan pasang primer digunakan untuk menganalisis empat bangsa sapi yang terdiri atas sapi bali (10 ekor), simmental, limousin dan brangus (masing-masing 3 ekor). DNA sekuen delapan primer tersebut diperoleh berdasarkan informasi dari international cattle diversity project dan sampel DNA sapi diisolasi dari sperma. Hasil analisis terbatas pada bangsa sapi yang berada di BIB Singosari, Malang, menunjukkan bahwa ada kemungkinan terdapat alel spesifik untuk bangsa sapi bali dari mikrosatelit HEL9 dan sapi brangus dari mikrosatelit ILSTS005. Dari seluruh mikrosatelit yang dianalisis, diketahui bahwa jumlah alel berkisar 1 sampai 3 dengan rataan 1,78 pada sapi bali, 1,56 pada sapi simmental dan 1,22 pada sapi brangus dan limousin. Untuk lebih meyakinkan hasil yang telah diperoleh, perlu dianalisis kestabilan penurunan alel pada keturunannya.

3. Uji kemurnian sapi bali melalui protein, DNA mikrosatelit, dan struktur bulu.Upaya mempertahankan kemurnian sapi bali terus dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman plasma nutfah, disamping memanfaatkannya sebagai ternak penghasil daging yang potensial di Indonesia. Ketepatan uji kemurnian dan atau keturunan sapi bali yang potensial menjadi penting artinya dalam konteks tersebut. Melalui perbedaan alel yang terdapat pada protein (Hemoglobin), DNA mikrosatelit serta perbedaan struktur bulu rambut, uji kemurnian sapi bali dilakukan dalam skala terbatas. Secara keseluruhan, semen beku dari ekor sapi (delapan sapi bali, tiga simental, dua brangus dan tiga limousin), sampel darah dari delapan ekor sapi bali dan tujuh ekor sapi Madura digunakan dalam penelitian. Selain hemoglobin, delapan pasang primer pengapit mikrosatelit digunakan sebagai penciri dalam uji kemurnian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya kespesifikan hemoglobin dan alel DNA mikrosatelit pada sapi bali, yang oleh karena itu sangat mungkin digunakan sebagai alat pendeteksi kemurnian sapi bali. Selain itu, walaupun agak sulit dijustifikasi, terdapat pula perbedaan struktur bulu rambut sapi bali dengan struktur rambut bangsa sapi lainnya. Namun demikian, konsistensi hasil penelitian ini perlu diuji lagi di lapangan khususnya dalam hal penurunan alel tersebut dari tetua ke progeninya.

4. Variasi genetik berdasarkan 16 lokus mikrosatelit pada populasi sapi bali dan madura. Mikrosatelit sebagai penanda genetik molekuler, tersebar secara melimpah pada genom dan memiliki polimorfisme tinggi serta mudah diamplifikasi menggunakan PCR. Sebanyak 16 lokus mikrosatelit (BM 2112, CSSM 66, ETH 3, ETH 10, ETH 152, ETH 185, ETH 225, HEL 1, HEL 5, HEL 9, ILSTS, INRA 023, INRA 032, INRA 035, INRA 037 dan HAUT 24) telah digunakan untuk mendeteksi variasi genetik pada populasi sapi bali dan madura. Penggunaan teknik PCR dengan 16 pasang primer pengapit lokus mikrosatelit dilakukan untuk amplifikasi sampel DNA yang diekstraksi dari darah sapi bali dan madura (masing-masing berasal dari habitat asalnya). Vertikal elektroforesis dengan 6 persen gel poliakrilamida digunakan untuk pemisahan produk PCR. Deteksi alel pada masing-masing lokus digunakan teknik pewarnaan perak (silver staining). Variasi genetik ditetapkan berdasarkan variasi alel pada setiap lokus. Hasil studi menunjukkan bahwa jumlah alel rata-rata dari 16 lokus adalah 1,94 pada sapi bali dan 2,12 pada sapi Madura, sedangkan jumlah alel tertinggi adalah 4 dan 5 buah masing-masing pada sapi bali dan sapi Madura. Alel terendah 1 buah terdapat pada kedua populasi. Variasi alel yang rendah pada masing-masing populasi menunjukkan bahwa variasi genetik sapi Bali dan Madura rendah sehingga diduga tingkat introduksi gen dari populasi lain rendah. Hal ini dapat pula sebagai indikasi awal bahwa kemurnian genetik kedua populasi sapi masih terjaga.

2.2. Penanda molekul RAPD pada tanaman sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi Indonesia setelah karet dan kopi.Salah satu hambatan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit adalah adanya gangguan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh fungi Ganoderma spp. (Basidiomycetes). Ganoderma adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk akar (basal stem rot). Infeksi dan penularan penyakit pada umumnya terjadi melalui kontak akar atau bagian pangkal batang dengan sumber inokulum di dalam tanah . Pada umumnya gejala penyakit ini pada kelapa sawit atau tanaman lainnya sulit diketahui secara dini dan serangannya baru terlihat ketika tanaman hampir mati dikarenakan setelah infeksi, perkembangan serangan penyakit pada jaringan tanaman terjadi relatif lambat yaitu 6-12 bulan . Penyakit BPB menyebabkan kerugian besar pada perkebunan kelapa sawit Indonesia, dimana tingkat kematian tanaman akibat serangan penyakit ini dapat mencapai 50% atau lebih . Gejala luar awal serangan penyakit sulit dideteksi sehingga penanganannya sulit dilakukan. Tanaman yang sakit mengalami pembusukan pada jaringan dalam pangkal batangnya, sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati atau tumbang sebelum waktunya.
Salah satu upaya yang dianggap paling ideal dalam usaha penanggulangan penyakit adalah melalui pemuliaan tanaman sehingga diperoleh tanaman yang tahan. Jika pemuliaan tanaman harus dilakukan secara konvensional, kendala yang dihadapi adalah siklus pemuliaan yang panjang karena merupakan tanaman tahunan. Di samping itu tanaman kelapa sawit yang ada di Indonesia memiliki latar belakang genetik yang sempit. Kegiatan awal pemuliaan adalah mencari tanaman yang bisa digunakan sebagai breeding materials baik untuk bahan tetua persilangan atau sebagai populasi dasar. Hal ini berkaitan erat dengan keragaman atau variabilitas material tersebut. Oleh karena itu perlu dikembangkan teknik deteksi dini dan pencarian varietas tahan melalui seleksi.
Oleh karena itu, perlu adanya pemecahan masalah terhadap kendala awal yang dihadapi tersebut.

Pemecahan masalah pada penyakit yang disebabkan Ganoderma.

Seleksi sebagai langkah awal dari pemuliaan, dilakukan untuk mendapatkan suatu populasi dasar atau tetua sebagai bahan persilangan yang nantinya akan diteruskan dengan tahap-tahap lainnya, sampai mendapatkan varietas yang tahan. Untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap serangan Ganoderma dari banyak populasi plasma nutfah dilakukan dengan seleksi. Cara seleksi antara lain secara konvensional maupun menggunakan bioteknologi.

Seleksi konvensional dengan cara pengamatan pada beberapa petak percobaan yang telah terserang Ganoderma.

Cara yang mudah adalah membiarkan adanya serangan pada kelapa sawit di lahan, kemudian memilih pohon induk. Pohon induk yang terpilih adalah pohon sehat, yang sekelilingnya telah terserang Ganoderma. Dari beberapa tanaman yang terserang didapatkan derajat toleransi yang berbeda-beda.. Perbedaan tersebut perlu diteliti apakah tanaman tersebut memang memiliki gen ketahanan atau karena tidak terserang. Deteksi dini dan analisis ketahanan pada waktu seleksi di lapang, bisa dilakukan dengan membongkar kemudian membelah secara membujur pada jaringan yang terserang. Dengan membandingkan aktivitas beberapa protein yang berhubungan dengan patogenitas (pathogenicity related proteins), dapat diketahui bahwa aktivitas enzim glucanase dan chitinase meningkat pada jaringan yang sehat di dekat jaringan yang berbatasan dengan jaringan yang diserang patogen. Kedua enzim tersebut dapat menghancurkan glucan dan chitin yang merupakan komponen utama dari dinding sel fungi.
Ginting, Fatmawati dan Hutomo (1993) dalam penelitiannya telah ditemukan pohon yang sehat. Hal ini mengindikasikan derajat toleransi tanaman terhadap penyakit ini berbeda-beda. Pada percobaan didapatkan beberapa pohon yang sehat dan diduga pohon-pohon ini mempunyai derajat toleransi yang tinggi sehingga dapat terhindar dari serangan Ganoderma. Tentunya kalaupun ada tanaman yang tahan, namun ketahanannya terhadap beberapa isolat Ganoderma belum teruji. Dan disebutkan bahwa derajat toleransi tersebut ada hubungannya dengan sifat genetik tanaman.Tanaman sehat tersebut kemudian diperbanyak melalui teknik kultur jaringan. Tingkat keberhasilan tiap tanaman membentuk kalus bergantung pada individu asal tanaman, tingkat umur, posisi explant serta konsentrasi fitohormon. Dari plantlet yang didapat masih perlu diuji lagi derajat toleransinya terhadap Ganoderma.

Teknik penanda molekuler RAPD sebagai perangkat diagnostic

Dalam usaha membantu memperpendek siklus seleksi diatas untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap serangan Ganoderma, identifikasi penanda molekuler perlu dilakukan. Yang dimaksud dengan penanda molekuler di sini adalah pita DNA produk RAPD atau restriction fragment length polymorphism (RFLP) yang keberadaannya bertautan dengan gen ketahanan.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, identifikasi penanda molekuler dilakukan dengan teknik differential display reverse transcriptase-polymerase chain reaction (DDRT-PCR). Teknik ini pada prinsipnya adalah membandingkan keberadaan produk amplifikasi hybrid messenger.RNA dan DNA komplementernya (mRNA-cDNA hybrid) pada dua atau lebih jenis jaringan yang berbeda kondisinya. Dengan teknik tersebut,penanda molekuler akan diidentifikasi melalui pengisolasian messenger RNA (mRNA) yang secara spesifik diekspresikan sebagai respon terhadap infeksi yang ada. Ginting (1993) menyebutkan bahwa telah ditemukan pohon induk kelapa sawit yang tahan terhadap serangan Ganoderma di Blok 39,Afd. I, Kebun Tinjowan. Hal ini membuka peluang untuk memindahkan sifat tahan tersebut kepada keturunannya melalui persilangan. Akan tetapi marker DNA dari sifat ketahanan tersebut belum ditemukan sampai saat ini. Sehingga sifat perwarisannya perlu diteliti lebih jauh lagi.

Salah satu upaya yang dianggap paling ideal dalam usaha penanggulangan penyakit yang diakibatkan jamur Ganoderma pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) adalah melalui pemuliaan tanaman sehingga diperoleh tanaman yang tahan. Salah satu upaya awal untuk mendapatkan tanaman kelapa sawit adalah melalui seleksi baik secara konvensional maupun dengan teknik differential display reverse transcriptase-polymerase chain reaction (DDRT-PCR). Dengan penanda molekuler tersebut diharapkan dapat dengan cepat mengidentifikasi klon yang tahan terhadap Ganoderma. Percobaan pada Tetua Dura pada Kebun Tinjowan mendapatkan pohon induk yang tahan terhadap Ganoderma. Derajat ketahanan tersebut ada kaitannya dengan sifat genetik dari tanaman tersebut. Walaupun belum didapatkan markernya.

Penelitian lebih lanjut mengenai genetic marker, pola pewarisan sifat maupun langkah-langkah pemuliaan lebih lanjut perlu untuk tetap diupayakan. Hal ini dikarenakan kelapa sawit sebagai penyumbang devisa yang besar terhadap negara.

Informasi kesamaan genetik atau hubungan filogenetik antar klon-klon tanaman karet sangat penting untuk diketahui. Informasi ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tetua dalam persilangan buatan. Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui jarak genetik diantara klon-klon karet dengan menggunakan penanda RAPD. Analisis dilakukan pada 30 klon tanaman karet dengan empat random primer. Produk amplifikasi yang polimorfik digunakan untuk melihat koefisien kesamaan. Hal ini digunakan untuk menyusun dendogram dengan menggunakan Unweighted Pair-Group Method With Arithmetical Averages (UPGMA). Amplifikasi DNA genom 30 klon menghasilkan 701 fragmen DNA dengan ukuran 250-3000 bp. Matrik kesama-an genetik yang dihasilkan cukup tinggi (63,1-95,8%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar klon memiliki polimorfisme yang rendah. Nilai kesamaan genetik terendah (63,1%) ditemukan antara klon RRIC 110 dan IRR 105 dan tertinggi (95,8%) pada klon BPM 107 dan IRR 100. Analisis cluster menunjuk-kan bahwa 30 klon tanaman karet terbagi menjadi dua kelompok, satu kelompok besar terdiri dari 28 klon, sementara kelompok lain terdiri dari dua klon dengan nilai kesamaan genetik 0,72.

2.3. Hevea-brasiliensis, RAPD, kesamaan genetik

Perbaikan produktivitas tanaman karet (Hevea brasiliensis) melalui persilangan berjalan lambat. Lambatnya kenaikan produktivitas disebabkan oleh terbatasnya sumber genetik yang ada. Sejak diintroduksikannya plasma nuftah hasil ekspedisi IRRDB 1981, maka pembentukan keragaman dilakukan dengan mengkombinasikan antara klon yang berasal dari populasi Wickham 1876 dan PN IRRDB 1981. Pada saat ini usaha untuk mempercepat masa seleksi telah diupayakan dengan mengadopsi pengujian Plot Promosi yang dapat menghemat waktu sekitar 10 tahunan. Strategi lain yang banyak dikembangkan saat ini untuk mempercepat siklus seleksi pada tanaman yaitu dengan menggunakan teknik marka molekuler. Teknik RAPD (Random Amplified Polimorphisme DNA) banyak digunakan untuk analisis genetik tanaman dengan berdasar pada PCR (Polymorphisme Chain Reaction). Penelitian untuk mendapatkan suatu metode molekuler guna mempersingkat siklus pemuliaan tanaman karet dilakukan di Balai Penelitian Sungei Putih dan Laboratorium Biologi Molekuler Marihat-Pusat Penelitian Kelapa Sawit, pada bulan Agustus 2005 – Agustus 2006. Parameter morfologi dianalisis mengguna-kan statistik sederhana dan pengelompokan karakter yang diamati dengan menggunakan metode UPGMA. Analisis marka molekuler dilakukan dengan NTSYS (Numerical Taxanomy and Multivariate Analysis System) versi 2,10. Peta pautan dilakukan dengan penggunaan MAPMAKER 3,0 b. Keragaman progeni hasil dari persilangan interpopulasi antara RRIM 600 dengan PN 1546 yang tertinggi diketemukan pada parameter tiol, produksi lateks, fosfat anorganik, dan sukrosa berturut-turut 92,96%, 78,90%, 54,85%, dan 45,28%. Variasi parameter diameter pembuluh lateks, jumlah pembuluh lateks, dan tebal kulit terlihat rendah. Hasil pengelompokan parameter menunjukkan bahwa potensi produksi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tebal kulit dan jumlah pembuluh lateks, selanjutnya dengan lilit batang dan diameter pembuluh lateks. Parameter fisiologi lateks hubungannya tidak secara langsung terhadap produksi lateks. Analisis DNA, dimulai dari penapisan primer. Dari 24 primer yang digunakan pada penelitian ini telah menghasilkan 14 primer bersifat polimorfik, 2 primer bersifat monomorfik, dan 8 primer tidak teramplifikasi. Dari 14 primer yang polimorfik dihasilkan 73 pita dengan ukuran antara 200 – 5000 bp. Hasil pengelompokan terhadap tetua dan projeninya dengan menggunakan marka molekuler menghasilkan dua kelompok utama A dan B. Kelompok A terbagi lagi menjadi 5 sub-kelompok. Sebagian besar projeni dalam kelompok A jarak genetiknya lebih dekat dengan tetua jantan. Projeni di kelompok B mempunyai jarak genetik yang jauh lebih baik terhadap tetua jantan maupun tetua betinanya. Tetua jantan dan betina tidak dalam satu kelompok. Konstruksi peta pautan yang terbentuk pada tetua betina hanya satu kelompok pautan (LOD 3,10; fraksi rekombinasi 0,25) dengan primer OPC14_650 – OPC14_500 pada jarak 4,2 cM; sedangkan pada tetua jantan terbentuk dua kelompok pautan (LOD 1,50; fraksi rekombinasi 0,25) OPC16_650 – OPD05_600 pada jarak 32,7 cM dan kelompok pautan OPN05_500 – OPH04_375 pada jarak 32,7 cM

2.4. Penggunaan penanda genetika RFLP

Analisis penanda RFLP dapat digunakan untuk :

1. Menduga hubungan kekerabatan dan filigenik dari beberapa individu yang dianalisis.

2. Menduga ada tidaknya variasi genetika dari koleksi plasma nutfah

3. Memonitor kemurnian benih hibrida.

4. Memonitor proses seleksi berbagai karakter aggronomis penting yaitu dengan menganalisis simultan dari beberapa lokus yang bersegregasi maka dapat dilakukan study lingkage

5. Memilah – milah komponen genetic dari karakter kuantitatif.

6. Mengidentifikasi identitas produk hasil percobaan fusi protoplama.

7. Menganalisis gen yang berasal dari donor tanaman dalam proses introgesi genetic

8. Menganalisis gen yang berasal dari proses tranformasi genetic.

Aplikasi penanda RFLP

Penelitian dengan menggunakan RFLP telah banyak dilakukan dengan bebagai tujuan :

1. Analisis keragaman genetic berdasarkan polimorfisme DNA diantara genus Capsicum, kedelai, Paspalum spp, dan kepala.

2. Identifikasi penanda RFLP yang terpaut dengan gen Lr24 yaitu gen resisten karat daun yang diturunkan dari Agroviron elongatum pada gandum.

Keterpautan antara penanda RFLP dengan gen resistensi clubroot dan pigmentasi pada Brassica rape ssp.

3. Pemetaan gen ketahan terhadap Cercospora yang terpaut pada penandda RFLP pada bit gula menggunakan QTL, pemetaan gen steril jantan baru yang menyebabkan endosperma berwarna kusam dan pemetaan gen yang berhubungan dengan berat kedelai.

4. Analisis kekerabatan dan filogenik pada Daucus berdasarkan genom mitokondria dan kloroplas.

5. Membandingkan jarakgenetik yang diperoleh dengana penanda RFLPdan AFLP pada Lactuca.

III. KESIMPULAN

1. Sebutkan beberapa teknik marka molekuler ……..

2. Merupakan alat bantu mengidentifikasikan genetic suatu individu ……..

3. Penampilan bentuk yang berbeda yang bervariasi dengan berbagai macam alel dari suatu gen atau homolog dari suatu kromosom ………..

4. Penanda digunakan karena kemudahan pengamatan dan pencatatan padat diperoleh dari koleksi yang sudah diawetkan ……….

5. Penanda yang digunakanuntuk hubungan kekerabatan intra – inter spesies dengan perhitungan dan pengamatan kromosom …….

6. Analisi dengan menggunakan isozim……..

7. Analisis dengan DNA penanda………

8. Polymerase Chain Reaction …….

9. Diagram kekerabatan……..

10. Tempat gen berada…….

11. Metode pewarnaan untuk mendeteksi alel setiap lokus ……

12. Salah satu karakter utama mikrosatelit……….

13. Penyakit PBB pada sawit disebabkan jamur …….

BAB IV. DAFTAR PUSTAKA

Admaja, Adi. 2001. Laporan Praktek Kerja lapang. Teknik Budidaya Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) di Desa Jatikerto Malang. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Darmono. 1996. Pendekatan Bioteknologi untuk Mengatasi Masalah Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit Akibat Serangan Ganoderma. Warta Puslit. Biotek Perkebunan,1,17-25


Fetrina Oktavia, Mudji Lasminingsih, Sigit Ismawanto dan Kuswanhadi Genetic Analysis of Rubber Clones (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Using RAPD Marker.



Ginting, Fatmawati dan Hutomo. 1993. Perbanyakan Pohon Induk Dura yang Diduga Toleran Terhadap Ganoderma Melalui Teknik Kultur Jaringan. I. Penelitian Pendahuluan. Berita Pusat Penelitian Kelapa Sawit 1(1):21-25



Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Medya Sarana Perkasa. Bogor. Hal 14-21



Hillis DM. 1987. Molecular versus morphological approaches to systematics. Annual Review of Ecology and Systematics 18: 23-42.

Samosir dan Ginting. 1996. Perkembangan Teknik Kultur Jaringan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Warta Puslit. Kelapa Sawit 4(2):53-59


Sastrosayono. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Rafalski JA, Tingey SV. 1993. Genetic diagnostics in plant breeding: RAPDs microsatellites and machines. TIG 9: 275-279.

Orang Ambisius Mudah Terserang Jantung



Orang yang ambisius, umumnya tak pernah mau kalah sehingga lebih mudah frustasi dan cenderung mudah alami stres

Punya sifat ambisius memang menguntungkan dalam segi karier dan ekonomi. Tapi tidak dari segi kesehatan, karena orang dengan sifat ini lebih rentan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah alias stroke.

Berdasarkan penelitian Friedman dan Rosenman, ada dua tipe sifat yang dimiliki manusia, yaitu tipe A dan tipe B.

Tipe A merupakan orang-orang yang memiliki sifat ambisius, kompetitif, tidak sabaran, agresif, terburu-buru dan mudah marah. Sedangkan orang tipe B memiliki sifat mudah bergaul dan lebih santai.

"Orang yang punya sifat tipe A, salah satunya orang yang ambisius dan kompetitif, umumnya tidak pernah mau kalah sehingga mereka akan lebih mudah frustasi dan cenderung mudah mengalami stres," ujar dr Santoso Karo Karo, MD, MPH, SpJp, Ketua Yayasan PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), dalam acara konferensi pers Jakarta Red Run 10 K, di Kantor Yayasan Jantung Indonesia, Jakarta.

Stres merupakan salah satu faktor memicu penyakit jantung. Pola hidup dan kerja yang penuh stres karena manajemen waktu yang buruk, juga bukan tidak mungkin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah yang sering dirasakan sebagai nyeri dada atau angina pektoris.

Pada saat orang mengalami stres, hipotalamus dalam otak akan memicu hormon stres, baik yang adrenalin maupun non-adrenalin, yang kemudian akan memicu peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan cedera pada dinding arteri, dan pembentukan bekuan dalam pembuluh darah, serta aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah arteri).

"Orang bahkan bisa tiba-tiba meninggal karena penyakit jantung, karena pecahnya pembuluh darah yang dipicu oleh stres. Ini disebut dengan penyakit jantung akut," tutur dokter yang juga anggota Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia.

Santoso juga menjelaskan, pada beberapa penelitian terakhir, ditemukan adanya hubungan antara stres dan perubahan dalam kadar kolesterol total, yang secara nyata menunjukkan peningkatan pesat dalam kadar lemak darah yang mengganggu mekanisme kliring lemak tubuh.

"Meski stres bukan merupakan faktor utama penyabab penyakit jantung, tapi stres paling banyak dialami orang, terutama orang dengan sifat tipe A," tambah dr Santoso yang telah pensiun sebagai spesialis jantung di RS Harapan Kita.

Untuk mengatasi hal itu, orang yang memiliki sifat tipe A seharusnya mampu menjaga pola makan dan gaya hidup yang sehat. Karena kemungkinan mengalami stres akan semakin meningkat bila orang tersebut memiliki faktor risiko utama penyakit jantung, yaitu perokok, kolesterol dan diabetes.

Santoso memberikan beberapa tips untuk menghindari stres, yaitu; selalu berdoa, berserah kepada Tuhan, jangan ngoyo, mau memaafkan, jangan terburu-buru, dan harus punya hobi.

"Kami melihat bahwa rutinitas sehari-hari atau kesibukan kantor bisa mengaburkan kesadaran ini. Sehingga satu-satunya cara adalah kemampuan mengelola waktu dengan baik sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa menimbulkan stres berlebih, di samping tentu hidup sehat," tutur dr Dewi Andang Joesoef, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia.

Memilih Buku Bergizi untuk Anak



Buku bergizi berbeda dengan buku yang menarik. Sekedar menarik saja tidak cukup sebagai alasan untuk memilih buat anak kita

Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Begitu judul salah satu buku kesukaan anak saya –yang sekarang sudah tidak berbentuk lagi. Buku itu saya beli sewaktu jalan-jalan dengan anak saya yang ketiga, Muhammad Hibatillah Hasanin. Di rumah, kami memang biasa menjadikan toko buku sebagai tempat jalan-jalan, tujuan rekreasi, dan sekaligus sebagai hadiah terindah bagi anak-anak. Meskipun kadang saya harus belajar menahan diri untuk tidak membeli setiap buku yang menarik, tetapi toko buku tetap menjadi tempat rekreasi terindah.

Kalau ada buku bagus seperti itu, biasanya mereka minta ibunya membacakan. Kadang lampu sudah dimatikan pun mereka masih bersemangat minta dibacakan buku. Sekarang yang lagi semangat-semangatnya membaca adalah Muhammad Nashiruddin An-Nadwi, anak keempat kami yang usianya dua tahun satu bulan. Kadang-kadang bi­ngung juga menghadapinya. Mata sudah mengantuk, lampu sudah dimatikan, tetapi Owi –begitu kami biasa memanggil—masih saja minta dibacakan buku. Apalagi kalau kakaknya turut serta minta dibacakan. Untunglah si sulung, Fathimah, sudah bisa mengajari adik-adiknya sekarang. Sering kalau ada buku bagus, Fathimah yang membacakan buku untuk adik-adiknya. Atau kadang Fathimah membaca buku untuk dirinya sendiri, kemudian adiknya datang ikut nimbrung mendengarkan.

Alhamdulillah, Fathimah sudah lancar membaca semenjak ia masih belajar di Ta­man Kanak-kanak. Tepatnya di TKIT Salman Al-Farisi Warungboto, Yogyakarta. Sekarang usianya tepat enam tahun, duduk di kelas satu SDIT Salman Al-Farisi Klebengan, Yogya­karta. Banyak buku yang ia sukai. Salah satunya adalah seri Ensiklopedi Bocah Muslim. Buku ini merupakan salah satu favorit anak-anak. Saking favoritnya, seri 15 Ensiklopedi Bocah Muslim sudah rusak. Padahal kami beli belum terlalu lama. Owi rupanya meman­faatkan ensiklopedi ini sebagai buku mewarnai. Sementara ia biasa menggoreskan crayon dengan kekuatan penuh.

Ada cerita tersendiri tentang Ensiklopedi Bocah Muslim ini. Sebelum beredar, saya sudah mendengar kabar dari Mas Ali Muakhir –editor di penerbit DAR! Mizan yang menerbitkan ensiklopedi tersebut. Waktu itu saya sedang berada di Bandung. Begitu pu­lang ke Yogya, saya ceritakan kabar dari Mas Ali ini kepada istri saya maupun kepada Fathimah dan adik-adiknya. Antusias sekali mereka. Apalagi ketika saya mendapat undangan peluncuran buku ini di Jakarta. Meskipun saya tidak bisa hadir, tetapi gambar di kartu undangan telah merangsang rasa ingin tahu mereka.

Bulan Maret 2004, ada Islamic Book Fair di Yogya­karta. Salah satu stand men­jual ensiklopedi tersebut. Se­gera saja kami berunding. Fa­thimah punya celengan uang receh di rumah. Adik-adiknya punya celengan juga. Mereka berunding dan sepakat memecah semua celengan mereka. Terkumpullah uang yang membuat mata mereka berbinar-binar. “Wow, Pak. Banyak sekali!” kata Husain, anak saya yang kedua. Tapi uang sejumlah itu tetap masih kurang. Oh, ada tabungan Fathimah di sekolah. Kalau diambil mungkin men­cukupi.

Esoknya tabungan itu diambil dan ternyata masih belum cukup. Lalu Fathimah berkata, “Ibu, bagaimana? Aku kepingin beli ensiklopedi.” Lalu Fathimah dan ibunya berbicara dengan saya, minta supaya ditambah dengan uang saya. Alhamdulillah, ada rezeki. Bisa buat menutupi kekurangan. Ensiklopedi pun kami beli saat itu (Fathim, alhamdulillah ya, Nak. Kita punya sesuatu yang lebih baik daripada TV. Ensi­klopedi harganya lebih mahal, lho daripada TV).

Kembali ke soal buku Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Hasanin segera saja memperoleh kegembiraan tersendiri ketika buku itu dibacakan ibunya. Saudara-saudara­nya ikut serta. Mereka berkumpul melingkar, mengitari kaki ibunya. Mereka terpingkal-pingkal mendengar cerita tentang kaos kaki yang dipakai terbalik. Mereka bergembira. Dan yang lebih menggembirakan saya, Husain dan Hasanin bersemangat pakai kaos kaki sendiri. Tapi di rumah, anak laki-laki tidak biasa pakai kaos kaki–sebagaimana saya sen­diri tidak biasa memakainya. Mereka kemudian belajar pakai celana sendiri dan baju sendiri–ketika itu usia Hasanin belum mencapai tiga tahun. Dan uff… jatuh. Dua kaki masuk satu lubang. Tentu saja sulit bergerak. Dan karena tidak seimbang, segera saja Hasanin terjatuh. Dan lihat apa yang terjadi dengan kakaknya? Rupanya Husain juga demikian. Jadilah mereka saling tertawa.

O ya, masih ada buku lain yang kami beli pada kesempatan berikutnya. Aku Be­rani Minum Obat. Buku tipis ini memberi manfaat yang besar. Saya tidak tahu pasti apakah anak saya terpengaruh oleh buku ini atau terpengaruh oleh cara ibunya meminumkan obat yang cerdas dan menarik. Yang jelas kami syukuri, Owi sangat mudah diminumi obat. Sejak usianya belum satu setengah tahun, ia begitu mudah menerima obat yang disodorkan kepadanya. Kalau pahit? Ia akan segera meminta segelas teh.

Banyak pengalaman menarik dari kegiatan sehari-hari bergaul dengan buku. Membaca buku Aku Sayang Adik (DAR! Mizan), Fathimah menjadi lebih sayang dengan adik-adiknya. Fathimah suka menggendong adiknya, mengajaknya bermain, dan mendiam­kannya apabila menangis.

Ada buku-buku lain yang mengesankan. Tetapi pada kesempatan kali ini, biarlah saya mencukup­kan cerita saya sampai di sini. Ada yang lebih penting un­tuk saya sampaikan. Mengingat begitu kuatnya pengaruh buku –lebih-lebih pada masa kanak-kanak—maka penting seka­li kita perhatikan nilai gizi buku untuk anak-anak kita. Ibarat makanan, kandungan gizi buku sangat meme­ngaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertindak anak. Inilah yang sangat perlu kita perhatikan mengingat usia-usia me­reka merupakan masa paling strategis untuk membangun fondasi kepribadian, termasuk di dalamnya fondasi para­digma berpikir, bersikap dan bertindak. Pada masa-masa ini pula kepekaan emosi anak sangat efektif un­tuk diasah atau justru ditumpulkan.

Kalau David Shenk menggambarkan sebagian besar informasi yang beredar di era informasi sekarang ini sebagai kotoran dan buangan seperti tercermin dalam judul bukunya Data Smog (Ko­toran Data); dan kotoran itu menyebabkan kita mengalami brain meltdown (penurunan kemampuan otak), maka bagaimana lagi jika anak-anak yang–ibarat komputer—operating system-nya belum terbangun kokoh? Sama seperti bayi yang perlu dilindungi dengan memberi makanan terbaik berupa ASI, anak-anak kita yang masih lucu-lucunya itu juga perlu kita lindungi kesehatan pikiran dan mentalnya dengan hanya memberi bacaan-ba­caan bergizi. Melalui bacaan-bacaan bergizi tersebut, mereka akan memiliki kekuatan yang kokoh, imunitas yang tangguh dan rangsangan berpikir maupun mental yang kaya.

Buku bergizi berbeda dengan buku yang menarik. Sekedar menarik saja tidak cukup sebagai alasan untuk memilih buat anak kita. Tetapi buku bergizi yang tidak menarik, sulit membuat anak bergairah membacanya, kecuali kalau orangtua menunjukkan antusiasmenya yang besar atau anak memang sudah gila membaca. Pada sebagian buku yang benar-benar bergizi, baik tulisan maupun ilustrasi benar-benar merangsang pikiran, perasaan dan imajinasi anak.

Menimbang Gizi Buku Anak

Bincang soal buku bergizi, apa saja sih yang menentukan gizi sebuah buku, wa bil khusus buku anak-anak? Beberapa catatan berikut, mudah-mudahan bermanfaat.

Kita bicara secara ringkas saja tentang gizi buku buat anak-anak kita. Pertama, kita perhatikan kesesuaian buku dengan anak. Sue Bredekamp sangat menekankan aspek kesesuaian ini untuk memperoleh keberhasilan yang maksimal. Anak benar-benar menye­rap manfaat yang besar tanpa harus merasa terbebani. Kesesuaian (appropriateness) itu mencakup kesesuaian usia dan kesesuaian individual. Saya tidak hendak mendiskusikan terlalu jauh tentang kesesuaian individual ini. Saya hanya ingin menekankan bahwa se­tiap buku anak, seharusnya sesuai dengan tahap perkembangan di usia yang menjadi bi­dikan buku tersebut. Tampaknya, masih banyak penerbit yang belum mampu membi­dik umur sasaran dengan baik. Bayangkan, ada buku anak yang ditujukan untuk anak TK hingga SD kelas enam. Ini luar biasa (luar biasa mengherankan!). Padahal karakteristik perkembangan di rentang usia itu sangat beragam dan benar-benar berbeda.

Kedua, daya rangsang buku untuk memantik gagasan-gagasan segar pada anak, baik yang secara langsung ditulis atau pun tidak. Sering saya jumpai buku-buku anak yang pesan permukaannya (surface message) bagus, tetapi di dalamnya (inner message) buruk. Sekilas isinya bergizi, tetapi tanpa disadari –kadang penulisnya pun tak sadar-- me­mantik gagasan buruk pada anak (inspiring bad).

(Hidayatullah.com)

Ketiga, kekuatan gagasan dan alur cerita. Ilustrasi yang bagus akan sangat me­nunjang kuatnya alur yang diciptakan penulisnya. Gagasan yang kuat dan memiliki pi­jakan yang mampu membangun visi anak, akan lebih bertenaga apabila disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan hidup. Kekuatan bahasa inilah pertimbangan keempat dalam menakar gizi buku anak.

Tips untuk Guru: Konsentrasi Belajar Siswa





Concentration and mental toughness are the margins of victory. (Bill Russell)

“Huh, aku tak dapat berkonsentrasi!”

“Konsentrasiku buyar! Pikiranku melayang ke hal-hal lain di luar materi pelajaran.”

Salah satu masalah yang sering dihadapi siswa dalam belajar adalah masalah konsentrasi. Ya, merka tidak dapat berkonsentrasi. Bukan hal yang asing, bila banyak siswa mengkambinghitamkan ‘konsentrasi’ sebagai penyebab rendahnya hasil belajar yang mereka capai. Sebegitu penting ‘konsentrasi’ dalam proses belajar seseorang, sehingga ia dapat dianggap sebagai prasyarat untuk terjadi proses belajar pada diri seseorang (siswa).

Apakah konsentrasi itu?

Konsentrasi adalah suatu kemampuan atau kondisi di mana seseorang dapat mengarahkan pikirannya pada hal-hal yang sedang dihadapinya, misalnya dalam hal mempelajari suatu materi pelajaran.

Sebenarnya, setiap orang mampu berkonsentrasi. Hanya kadang-kadang kemampuan itu hilang atau menurun. Anda mungkin pernah ‘lupa waktu’ dan kehilangan kontrol terhadap apa saja yang terjadi di sekeliling Anda pada saat sedang melakukan sesuatu. Lalu, tiba-tiba Anda tersadar, bahwa Anda telah begitu terfokus pada suatu hal dan mengabaikan yang lainnya tadi. Nah, itu adalah suatu bukti dan contoh bahwa Anda dapat berkonsentrasi dengan baik.

Tapi sebaliknya, Anda pernah pula mencoba memusatkan perhatian dan pikiran Anda pada suatu hal, tapi pada kenyataannya, pikiran dan perhatian Anda mengembara ke mana-mana. Ini adalah contoh dan juga bukti bahwa Anda dapat kehilangan konsentrasi.

Hal yang terjadi pada Anda seperti dideskripsikan di atas juga dapat dan sering terjadi pada siswa. Itulah mengapa sebabnya kita perlu melatihkan dan memfasilitasi konsentrasi untuk mereka sehingga proses belajar mereka menjadi lebih efektif.

Kemampuan siswa dalam berkonsentrasi akan sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya:

(1) komitmen;

(2) antusiasme terhadap tugas;

(3) keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki untuk mengerjakan tugas;

(4) keadaan fisik dan emosional siswa;

(5) keadaan psikologis siswa; dan

(6) lingkungan belajar.

Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk melatihkan dan memfasilitasi konsentrasi pada siswa misalnya:

Pertama:

Ajak siswa untuk selalu bersikap antusias terhadap tugas-tugas yang diberikan. Hal ini dapat dibantu oleh guru dengan memberikan tugas-tugas pembelajaran yang menyenangkan dan menantang, serta dalam jangkauan anak untuk dapat menyelesaikannya.

Kedua:

Yakinkan siswa bahwa mereka mampu mengerjakan tugas pembelajaran yang diberikan. Bagaimanapun, rasa percaya diri sangat mempengaruhi kesuksesan anak dalam belajar. Dan, dengan percaya bahwa mereka mampu mempelajari materi atau mengerjakan tugas tersebut, maka mereka akan dapat melakukannya dengan baik.

Ketiga:

Berikan rasa aman, nyaman, serius tapi rileks dalam pembelajaran Anda. Siswa yang merasa tak aman, tak nyaman, dan terlalu santai tak akan dapat berkonsentrasi dengan baik. Mereka akan sangat mudah terdistraksi. Semua hal-hal yang terkait dengan lingkungan belajar, suasana kelas, dan cara Anda mengajar sangat besar pengaruhnya terhadap hal ini.

Keempat:

Ajari siswa menggunakan strategi, “Sudah! Aku sedang belajar!” Siswa dapat diajari strategi berpikir ini, yaitu dengan mengucapkan kepada dirinya sendiri kata-kata, “Sudah! Aku sedang belajar!” pada saat konsentrasi belajarnya mulai terpecah. Strtegi ini adalah strategi pengaturan belajar mandiri yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Diharapkan, dengan usaha sungguh-sungguh dari siswa, dengan mengatakan kata-kata tersebut, pikirannya yang mulai mengembara ke mana-mana akan kembali fokus kepada tugas pembelajaran atau materi yang sedang dipelajarinya dengan penuh konsentrasi.

Nah, semoga bermanfaat buat Anda dan siswa Anda.

from: Suhadinet

Perkembangan Komputer


PERKEMBANGAN KOMPUTER

1. Belajar untuk mengatur tekhnologi informasi.

suatu pekerjaan mendesak dalam mengatur tekhnologi pada saat ini adalah memutuskan arsitektur organisasi untuk pengolahan informasi. Dalam bab ini kita akan membahas jenis-jenis komputer yang tersedia pada saat ini dan menyajikan evaluasi sejarah dari komputer. anda sudah terbiasa bekerja dalam suatu organisasi yang telah menggunakan komputer untuk waktu yang lama; perusaan arsitektur perangkat keras (hardware) mungkin meliputi beberapa komputer yang lebih tua. Mengatur seluruh persediaan komputer membutuhkan pemahaman jenis-jenis mesin yang berbeda, dalam cara yang telah mereka gunakan dan tren tekhnologi yang secara konstan mendorong evolusi dari organisasa strategi perangkat keras.

2. Persiapan untuk ambil bagian dalam sistem analisa dan rancangan

Meskipun terkadang kita mendapat tekanan rancangan logika dari sistem tidak terikat pada komputer dimana computer tersebut akan digunakan, dalam beberapa hal perancang harus menghadapi tekhnologi komputer. Sebuah sistem rancangan besar, komputer multi guna akan memiliki ciri-ciri karakter dari suatu pengguna PC. Akhir dari bab ini juga memberikan suatu ikhtisar dari beberapa alat output atau input yang tersedia. Aktivitas-aktivitas ini menolong memberikan definisi yang menghubungkan pengguna dengan sistem, yang merupakan hal penting untuk kesuksesan tersebut.

3. Merubah organisasi

Telah menghabiskan bertahun-tahun untuk membuat komputer dan komunikasi yang dapat merubah perusahaan dan industri. Perusahaan yang telah merubah dirinya sendiri tahu bagaimana mengatur serangkaian perbedaan dari komputer dan alat-alat lainnya; mereka berhasil dalam merespon tren dari tekhnologi dan perubahan yang berkelanjutan dalam perbandingan biaya/tampilan dari perbedaan jenis komputer. Selengkapnya Baca....

Model Implementasi Yang Berhasil Garis Besar


Potensi Kegagalan
Implementasi
. Apa yang dimaksud Implementasi?
. Berhasil atau Gagal

Riset terhadap Implementasi
. Sebuah Model Implementasi
. Proses Implementasi
. Strategi Implementasi

Peranan Kelompok Desain (perancang)
. Kerangka Implementasi
. Beberapa Contoh

Sasaran Hasil
1. Pelajaran Memanaj Teknologi Imformasi

Manajemen berkepentingan dalam mensukseskan pengimplementasian sistem informasi. Bagaimana caranya agar kita dapat mengembangkan sebuah sistem yang akan digunakan sekaligus memberikan kontribusi positif trhadap organisasi? Strategi apa dapat anada lakukan untuk mendukung usaha sistem?

2. Menyiapkan diri untuk ikut berpartisipasi dalam Mendesain dan menganalisis sistem

Dalam lingkup luas, proses pengimplementasian suatu sistem dimuali dari sugesti, dengan tahapan kelompok desain menguasai dan mencintai pekerjaannya dan inilah yang memberikan pengaruh sangat besar terhadap kesuksesan suatu aplikasi. Seperti anda berpikir mengkonsultasikan model, dan bagaimana membuat beberapa factor dihubungkan dengan keberhasilan dalam implementasi termasuk perilaku atau tindakan anda dalam sebagai anggota regu desain.

3. Mengubah Organisasi

Agar IT dapat mengubah organisasi maka anda harus berhasil mengimplementasikan sistem baru dengan baik. Karena banyak sistem berpotensi untuk memanfaatkan kopmetisi atau untuk mengubah organisasi dengan melibatkan organisasi lain, anda mungkin berpikir bagaimana inti permasalahan implentasi yang ada dalam bab ini berpengaruh terhadap para pengguna sistem dalam organisasi lain.

Para manajer sering mengeluh atas hasil kerja yang rendah dan tidak sesuai dengan besarnya investasi yang ditanamkan dalam sistem informasi. Banyak pasilitas yaan ada dalam sistem tidak digunakan oleh mereka atau Sistem yang telah dibangun tidak digunakan sama sekali.

. Suatu perusahaan tambang dalam beberapa tahun telah membelanjakan uangnya untuk merancang suatu sistem inventori kompleks pada sebuah divisi paling besar, setalah sistem dijalankan mengakibatkan menipisnya tabungan dan adanya keterbatasan dana perusahaan, akibat dari penerapan sistem tersebut selama beberapa tahun ada di beberapa manajer perusahaan yang tidak setuju dan menentang penerapan sistem baru tersebut. Selengkapnya Baca...

Komputer dan Pendidikan


Tanggung jawab sekolah yang besar dalam memasuki era globalisasi adalah mempersiapkan siswa untuk mengahadapi tantangan-tantangan dalam masyarakat sangat cepat perubahannya. Sala satu dari tantangan yang dihadapi oleh para siswa adalah menjadi pekerja yang bermutu. Kemampuan berbicara dalam bahasa asing dan kemahiran komputer merupakan dua kriteria utama yang pada umumnya diajukan sebagai syarat untuk memasuki lapangan kerja di Indonesia (dan di seluruh dunia). Mengingat sekitar 20-30 % dari lulusan SMU di seluruh wilayah Nusantara ini yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi, dan dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia, maka dibutuhkan suatu tanggung jawab yang besar terhadap system pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemahiran komputer bagi para siswa kita.

Biaya yang dibutuhkan untuk mempersiapkan belajar komputer di sekolah akan mahal.

* Bagaimana pemerintah akan mampu membiayai pembangunan ini ?
* Memberikan apa yang dibutuhkan, bagaimana pemerintah dapat mengelak untuk tidak membiayai pembangunan ini ?
* Apakah pemerintah harus membiayai secara penuh untuk pembangunan ini ?

Dalam menghadapi masalah ini beberapa sekolah swasta dan negeri yang telah mengambil langkah maju. Pada beberapa sekolah mereka telah membangun hubungan yang sangat erat dengan masyarakat setempat dan melakukan sebuah lompatan yaitu dengan mengundang para masyarakat penyumbang untuk membangun fasilitas dasar komputer. Sekolah ini telah membuktikan bagaimana mengatasi salah satu masalah terbesar dalam pengenalan teknologi ke sekolah-sekolah di Indonesia secara berkesinambungan. Keefektifan system yang berkesinambungan ini sudah tumbuh lama ketika masyarakat setempat memahami bagaimana pentingnya teknologi bagi anak-anak mereka. Dalam hal ini kami telah mempelajari bahwa, sekolah-sekolah yang bekerjasama dengan masyarakat setempat untuk membangun fasilitas cenderung berkembang secara teratur dan juga meningkatkan dukungan dari masyarakat setempat. Selengkapnya Baca ....