S e l a m a t   D a t a n g di Blog Pusat Sumber Belajar SMA Negeri 1 Kota Cirebon Info : Ferifikasi Data Siswa Baru/PPDB SMA RSBI Negeri 1 Kota Cirebon dari tanggal 5 - 15 Mei 2012 silahkan Klik ke www.smansa.ppdbrsbi-cirebon.org

Kamis, 14 Oktober 2010

Eksperimen Kimia secara Virtual


Banyak rekan guru yang tidak sependapat dengan adanya eksperimen di laboratorium(lab) virtual. Yah benar bahwa untuk memberikan penguasaan materi kimia tidak cukup hanya dengan berkicau di depan kelas. Tapi perlu juga diketahui latar belakang mengapa di beberapa sekolah hanya melakukan aktivitas seperti itu. Kebanyakan alasan di banyak sekolah di negeri ini adalah karena tidak tersedianya sarana lab kimia. Kalau sudah begitu maka ada yang menuntut guru kimia harus kreatif untuk memanfaatkan alam sekitar dijadikan alternatif lab. Tapi penggunaan laboratorium virtual juga merupakan alternatif jika suatu sekolah memiliki komputer yang memadai dan koneksi internet yang memberikan lebar pita (bandwidth) yang besar.

Kemampuan sumber daya untuk bisa membuat lab virtual juga belum banyak, maka kita bisa saja memanfaatkan keberadaan laboratorium virtual yang bisa diakses secara daring (online). Kemampuan guru membimbing dan mengarahkan siswa sangat diperlukan sehingga pembelajaran seperti itu bisa berjalan dengan baik. kelancaran penggunaan lab virtual ini ditentukan oleh lebar pita untuk akses internet yang memadai. Karena hal ini ada tuntutan harus daring. Mungkinkah kita bisa memanfaatkan yang bersifat daring itu untuk bisa digunakan secara luring (offline). Tentu semua ada jalannya.

Sebagai contoh saya telah mengunduh web http://www.chm.davidson.edu/vce/index.html ini kemudian saya dapat melakukan percobaan secara luring.

Kalau anda bertanya bagaimana itu bisa saya lakukan, saya akan ceritakan pada tulisan ini. Prinsipnya hal ini tidak terlalu sulit. Syaratnya hanya diperlukan koneksi internet dengan kecepatan yang memadai sehingga proses berjalan lancar. Pada komputer yang anda gunakan harus memiliki aplikasi pen-download website. Saya menggunakan httrack yang gratis. Kalau perlu silahkan unduhd dari pranala ini.

Karena banyak simulasi eksperimen dijalankan berbasis java applet maka mesin penjelejah web juga harus terpasang java runtime environment setidaknya versi 1.5. Kalau belum silahkan unduh di sini dan memasangkan di komputer anada. Dia akan secara otomatis menyatu dengan penjelajah web yang ada.

Cara menggunakan httrack sudah ada di menu help program tersebut. Tapi prinsipnya saya bisa tulis di sini:

1. Buka httrack—> klik next
2. Tulis project name (terserah apa namanya) —> klik next
3. Salin alamat web yang akan diunduh itu dan tempel (paste)kan di kotak web addrresses (url)
4. Set option —>pilih tab limit
5. Isikan maksimum mirroring deep kalau anda tidak yakin sedalam apa direktori web diletakkan
6. Isikan angka nol pada maximum external depth (ini untuk tautan ke luar dari web yang akan kita unduh).
7. Pada max transfer rate isikan semaksimal mungkin. Kemudian klik Ok.
8. Kemudian klik finish, maka proses penguduhan akan berlangsung.
9. Tunggu hingga muncul pemberitahuan bahwa pengunduhan selesai.
10. Dan anda boleh klik next dan keluar dari program.
11. Untuk melihat isi hasil pengunduhan buka folder kalau anda tadi tidak menentukan biasanya secara default diletakkan di C:// dengan nama folder My Web Sites klik folder sesuai nama proyek yang anda buat dan cari index.html dan klik, maka anda bisa menjelajah web yang anda unduh secara luring.

Ah… Tidak mau repot dan mau terima jadi boleh mengunduhnya dari NatSim search ini.

Banyak simulasi eksperimen dijalankan berbasis java applet maka mesin penjelejah web juga harus terpasang java runtime. Kalau belum silahkan unduh di sini dan memasangkan di komputer anada. Dia akan secara otomatis menyatu dengan penjelajah web yang ada.

Konsep, Berhitung, dan Logika dalam Menyelesaikan Soal Kimia



Ada soal : Hasil kali kelarutan (Ksp) CaCO3 = 2,5 x 10-9. Jika Ar Ca=40; C=12; O=16; dan H=1; maka CaCO3 yang melarut dalam 250 mL air sebanyak berapa gram?

Untuk menyelesaikan soal itu ada beberapa hal yang harus dimengerti terlebih dahulu. Yaitu hubungan antara Ksp dan massa zat terlarut itu. Di antara dua hal itu tentu melalui konsep mol. Yah benar konsep mol adalah jantungnya perhitungan di kimia. Makanya kuasai dengan baik konsep mol itu, ini penting sekali kalau ingin belajar kimia dengan baik.

Ksp ↔ Kelarutan ~ Konsentrasi ↔ Mol ↔ Massa

Dalam menyelesaikan soal tadi penguasaan konsep, kemampuan berhitung dan logika sangat diperlukan. Kemampuan berhitung dalam kimia setingkat SMA tidaklah terlalu rumit, sederhana, tidak lebih dari kemampuan memanfaatkan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan serta logaritma sederhana. Jadi untuk siswa setingkat SMA semestinya operasi hitung seperti bukan menjadi masalah, namun di sinilah letak masalah pembelajaran kimia. Jika ini bukan menjadi masalah maka pembelajan kimia tentu mengasyikkan.

Banyak konsep-konsep kimia tidak dipahami oleh siswa dengan benar dan baik. Barangkali guru juga ada yang kurang memahami konsep kimia itu sendiri. Dalam kimia banyak sekali konsep abstrak. Ini perlu upaya membuat konsep tersebut menjadi nyata, tidak terlalu abstrak. Kalau dulu Prof. M. Utoro Yahya (Dosen Senior Kimia UGM) selalu menekankan bahwa kimia itu ada bagian yang tidak kasat mata, tapi dalam kimia sudah pasti kasat logika. Hubungan antar konsep dalam kimia tentu dijembatani logika yang benar sehingga penerimaan kita akan suatu ilmu yang menjadikan kimia mudah untuk dimengerti.

Banyak aturan-aturan seperti kaidah atau hukum-hukum yang perlu untuk dipahami. Kaitan antara kaidah-konsep tidak bisa saling lepas, sehingga menjadi bermakna. Peran logika-lah yang mengantarkan kita bisa memahami kimia, juga ilmu lainnya.

Seperti pada soal di atas, bagaimana bisa diselesaikan kalau siswa tidak mengerti prosedur pengionan suatu senyawa, di mana dengan tahu jumlah ion ia akan bisa menentukan rumus Ksp dan kelarutan. Konsep kelarutan biasanya memakai satuan molar (M). Ini merupakan konsep larutan, ada sejumlah zat terlarut dalam pelarut dengan volum tertentu. Perbandingan banyaknya zat terlarut (mol) dengan pelarut (liter) diperlukan kemampuan berhitung sederhana. Selanjutnya perlu mengkaitkan dengan pengetahuan sebelumnya yaitu tentang konsep mol. Perlu memastikan bahwa bagian yang ditanyakan ada kaitannya dalam soal tersebut. Dalam kimia sering untuk bisa menyelesaikan soal diperlukan rentetan langkah hingga diperoleh suatu penyelesaian. Di antara rentetan langkah itu tidak lepas dari konsep, logika, dan berhitung.

Jadi temukan di mana hal yang menjadi persoalan atau kendala siswa dalam memahami pelajaran kimia. Pengejaran kendala yang dialami siswa sangatlah penting hingga siswa bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah lagi. Hakikatnya memang perlu penguraian masalah, di konsep, di logika, atau di perhitungan. Siswa perlu dibimbing menemukan masalahnya dan dibimbing menyelesaikannya. Prinsip pembimbingan inilah sebenarnya diperlukan diri siswa dalam pendampingan selama belajar.

Bagaimana dengan anda?

Buku Kimia & Suplemennya (Film + Gambar) Gratis


Penerbit terkenal biasanya selain menjual buku biasanya juga menyertakan "suplemen" sebagai penjelasan dari buku yg diterbitkannya. Contohnya adalah buku "General Chemistry: Principals and Modern Applications" dari Prentice Hall. Buku edisi ke 8 itu adalah karya dari Ralph H. Petrucci dkk.





Suplemen dari buku yang saya maksud dapat dilihat pada link http://cwx.prenhall.com/petrucci/medialib/media_portfolio/index.html. Semua supplemen itu bisa di unduh gratis, buruan mumpung belum di hapus oleh penerbitnya.

Jika anda tidak memiliki bukunya silahkan berburuh di gigapedia.com ;)

Bagaimana dengan buku-buku lainnya... Sama coba aja jelajah referensi dari buku-buku yg dijadikan rujukan di internet pada umumnya.

Ok Selamat berburu ;)

Trik Menghapus Kebosanan Pembahasan Kimia Unsur



Pokok bahasan kimia unsur kalau dibawakan secara monoton memang sangat menjemukan baik bagi siswa dan guru sendiri. Seperti tulisan Aceng Haetami dari hasil wawancaranya dengan beberapa guru dan siswa di Sulawesi Tenggara. Tentu kondisinya tidak akan jauh berbeda untuk daerah lain. Namun dengan perkembangan dan ketersediaan fasilitas koneksi internet kita dapat mengambil berbagai film/video dari youtube. Beberapa demontrasi tentu sangat menarik minat siswa. Ini, sekali lagi untuk mengatasi keterbatasan sarana laboratorium dan bahan-bahan kimia di sekolah. Namun jika semua tersedia tentu siswa bisa diberikan pembelajaran langsung dan nyata dan lebih mengesankan.

Jadi kalau lab tidak punya maka gantinya adalah fasilitas internet dan komputer yg semakin terjangkau. Jika itu tersedia maka sudah cukup untuk bisa digunakan untuk melihat beberapa demonstrasi.

Untuk bahasan kimia unsur beberapa video yang bisa dipakai untuk menarik perhatian siswa antara lain dengan meng-unduh-nya dari youtube atau video google. Contohnya seperti video berikut.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=dUbjn3ix3ds&hl=en_US&fs=1]

Reaksi logam alkali dan alkali tanah dengan air yang menunjukkan kecenderungan reaktivitasnya.

Uji warna nyala beberapa dari senyawaannya.

Sedikit tips mencari demonstrasi berbagai sifat-sifat dari unsur di youtube atau di google video adalah dengan menggunakan kata kunci yg tepat. Menggunakan bahasa Inggis tentunya. Misalnya kita ingin mencari demo yang menunjukkan sifat oksigen maka kita ketikkan oxygen properties. Begitu dan seterusnya.

Kita perlu sadari bahwa penggunaan sebanyak-banyaknya panca indra sangat bagus dalam memahami konsep abstrak sekalipun. Dengan video demo tentu memberikan gambaran nyata di depan mata siswa.

Bagaimana caranya mengambil video-video semcam itu?

Nah kalau sudah dapat link/tautan yg sekiranya pas, kita bisa mendownload video yg kita cari. Saya biasa menggunakan browser Firefox dengan memasang addons pendownload video dari youtube. Setelah memasangnya silahkan restart firefoxnya. Selanjutnya tujulah link videonya yg hendak didownload dan perhatikan kita mau mendownlaod dalam format apa, tinggal pilih.

Guru efektif VS Guru efesien





Memahami guru yang efektif dan guru yang efesien.

Sering kali kita jumpai ada bapak ibu guru mengajarnya aktif , rajin, dan paling sibuk tapi banyak nilai siswanya yang jelek atau tidak mencapai ketuntasan. Anehnya mereka merasa sebagai guru yang paling baik dan paling layak mendapat imbalan yang tinggi. Bahkan tidak sedikit kepala sekolah yang menilai aktifitas sebagai tolak ukur prestasi dan bukan produktifitas.

Jam kerja dan jam tambahan dijadikan peluang bagi orang orang untuk memperlihatkan aktifitas dan dijadikan sebagai arena show bisnis..

Oleh karena itu kita perlu memahami perbedaan antara efisien dan efektif ,

Efektitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah dapat membawa hasil atau berhasil guna. Sedangkan efesiensi adalah ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,tenaga dan biaya.

Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.

Sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum.Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.

Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar.Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya.Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama.Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya.

Oleh karena itu Seorang Guru selalu dituntut untuk memperbaiki metode dan strategi belajar mengajarnya di dalam kelas, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan latar belakang peserta didiknya. Sehingga guru senantiasa mengembangkan kompetensi dan kemampuannya dalam mengajar, baik dengan membaca buku maupun dengan mengikuti seminar atau pelatihan – pelatihan, Agar usaha yang dilakukan tidak sia sia.

Pemanfaatan Museum Situs Patiayam Sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Pelajar Thdp Materi Zaman Prasejarah





PENDAHULUAN

Zaman prasejarah merupakan babakan dalam sejarah yang diberikan kepada suatu periode ketika manusia belum menggunakan tulisan sebagai alat komunikasi. Istilah prasejarah digunakan untuk menyebutkan periode sejak permulaan munculnya manusia sampai digunakan tulisan sebagai alat komunikasi. Dilihat dari sudut pandang masa kini, batasan prasejarah adalah ketika sudah ditemukan sumber-sumber tertulis yang menjelaskan suatu zaman.
Di Indonesia, zaman prasejarah mulai berakhir pada sekitar abad V masehi ketika telah digunakan tulisan dalam masyarakat yang dibuktikan dengan temuan sumber-sumber tertulis. Sebagai ilmu, prasejarah berarti ilmu yang mempelajari manusia serta peradabannya sejak zaman permulaan adanya manusia sampai pada zaman sejarah (Soekmono, 1981: 21).
Materi zaman prasejarah diajarkan dari tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA), dan pendidikan tinggi. Walaupun zaman prasejarah merupakan kajian yang bermula sejak munculnya manusia, dalam pengajarannya termuat juga materi tentang keadaan bumi sebelum munculnya manusia sebagai gambaran kondisi kehidupan sebelum manusia (pre-human living). Cakupan materi zaman prasejarah meliputi: (1) perkembangan bumi sebelum munculnya manusia, (2) evolusi manusia, (3) kehidupan manusia pada zaman batu, dan (4) kehidupan manusia pada zaman perundagian.
Materi perkembangan bumi sebelum munculnya manusia mencakup perkembangan bumi dari mulai terbentuknya sampai munculnya manusia. Menurut geologi, pembabakan waktu mulai terbentuknya bumi sampai sekarang dibagi menjadi beberapa masa yaitu arkeozoikum, proterozoikum, paleozoikum, mesozoikum, dan kenozoikum (Hizbullah, 2003).
Permasalahan yang dikaji pada pokok bahasan evolusi manusia adalah kemunculan dan perkembangan manusia, serta penyebarannya. Di Indonesia, manusia-manusia purba yang terkenal antara lain Meganthropus, Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus, Homo Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, Homo Sapiens dan Homo Floresiensis (Hizbullah, 2005).
Zaman batu merupakan masa ketika masih digunakan alat-alat batu/belum mengenal logam. Pembabakan zaman batu dibagi menjadi tiga, yaitu paleolitikum, mesolitikum, dan neolitikum (Soekmono,1981:23). Pertama, zaman batu tua atau zaman paleolitik, ditandai dengan penggunaan alat dari batu yang masih digarap dengan kasar. Ciri utama zaman ini adalah kehidupan manusia masih berburu dan meramu, serta masih berpindah-pindah (nomaden). Kebudayaan zaman paleolitik dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan Ngandong dan Pacitan. Kebudayaan Ngandong lebih didominasi oleh alat-alat tulang, sedangkan kebudayaan Pacitan didominasi oleh alat-alat batu (Asmito, 1988 : 10-12). Manusia yang hidup pada masa ini adalah Meganthropus, Pithecanthropus Mojokertensis, P. Erectus serta P. Soloensis (Poesponegoro, 1984).
Kedua, zaman batu tengah atau zaman mesolitik. Zaman batu tengah ditandai dengan digunakannya alat yang telah diupam, sudah dikenal konsep tempat tinggal, pengolahan makanan, timbulnya struktur sosial dalam masyarakat, kondisi lingkungan yang stabil, serta kemunculan Homo Sapiens. Sistem religi dan kesenian sudah ditemui pada masa ini (Koentjaraningrat, 1990: 203-204). Kebudayaan yang berkembang pada masa ini adalah kebudayaan kapak Sumatra/pebble culture, kebudayaan serpih, dan kebudayaan tulang.
Ketiga, zaman batu muda atau zaman neolitik. Zaman batu muda ditandai dengan terjadinya revolusi kebudayaan, yaitu timbul dan berkembangnya pertanian/bercocok tanam dan berternak dalam masyarakat. Pada masa ini alat sudah diupam dengan halus, berkembang teknologi gerabah, astronomi, dan sistem perdagangan. Kebudayaan yang berkembang pada masa ini adalah kebudayaan kapak lonjong, kapak persegi, dan kebudayaan megalitik. Alat yang dihasilkan pada masa ini antara lain beliung persegi, kapak lonjong, alat obsidian, mata panah, gerabah, alat pemukul kulit kayu serta perhiasan (Poesponegoro, 1984: 170-194). Hasil dari kebudayaan megalitik antara lain punden berundak, menhir, dolmen, kalamba, sarkofagus, waruga, batu kandang, serta batu lumpang.
Zaman perundagian ditandai dengan semakin majunya teknologi yang digunakan manusia. Pada zaman ini berkembang dua kebudayaan, yaitu kebudayaan logam dan kebudayaan megalitik. Alat-alat yang dihasilkan antara lain alat dari perunggu berupa senjata, nekara dan moko; alat dari besi berupa mata kapak, senjata dan gelang-gelang; gerabah, serta manik-manik (Poesponegoro, 1984: 242-285). Kebudayaan megalitik perundagian telah berkembang menjadi kebudayaan megalitik yang lebih kompleks.
Oleh karena cakupannya yang luas dan memiliki rentang waktu sangat panjang itu, upaya pemahaman zaman prasejarah merupakan hal yang sulit. Hal ini disebabkan rentangan waktu antara zaman prasejarah dan zaman sekarang mencakup waktu ribuan tahun. Kesulitan inilah yang menyebabkan pelajar mengalami kendala dalam memahami zaman prasejarah. Pelajar hanya mengetahui zaman prasejarah secara abstrak dan belum memahami zaman prasejarah secara menyeluruh.
Para ahli telah melakukan upaya untuk memahami zaman prasejarah melalui penggunaan sumber primer berupa fosil, artefak, isefak, ecofak, serta featur, melalui analisis kimiawi, geologis, dan arkeologis. Namun demikian, bagi para pelajar upaya pemahaman materi zaman prasejarah dari fosil atau bukti primer lainnya masih memiliki beberapa kendala. Kendala tersebut adalah (1) barang-barang peninggalan dan sampel penelitian jumlahnya sedikit dan langka, (2) keterbatasan pengetahuan pelajar dan mahasiswa dalam menganalisis serta meneliti dengan seksama peninggalan, sumber, dan bukti tersebut (Ahmad, 2005:1).
Bagi pelajar, upaya pemahaman terhadap zaman prasejarah dilakukan berdasar pada pemakaian buku teks. Namun, upaya pemahaman pelajar hanya dengan penggunaan buku teks mengalami kendala. Hal ini dikarenakan dalam buku teks informasi yang diberikan hanya dalam bentuk verbal yang bersifat abstrak, sehingga untuk mewujudkan pemahaman, masih diperlukan sumber lain yang mampu memberikan informasi secara konkret, yaitu melalui media pembelajaran. Akan tetapi, media pembelajaran di sekolah yang menjelaskan tentang zaman prasejarah masih tersedia dalam jumlah yang terbatas, sehingga pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah mengalami hambatan. Oleh karena itu, perlu diberikan solusi bagaimana mengatasi permasalahan kelangkaan media pembelajaran di sekolah tersebut.

Museum Situs Pati Ayam
Patiayam merupakan salah satu tempat yang mengandung fosil di Indonesia. Lokasi Patiayam terletak di Desa Terban, Kecamatan jekulo, Kabupaten Kudus. Di Desa Terban, pada saat ini telah terdapat tempat penyimpanan fosil yang ditemukan oleh warga. Tempat tersebut selain berfungsi untuk menyimpan fosil-fosil yang ditemukan oleh warga, juga sebagai tempat perawatan, sekaligus tempat kunjungan bagi wisatawan. Museum Patiayam ini menjadi bagian dari kawasan Situs Patiayam. Saat ini museum masih menempati salah satu bagian dari pengurus Paguyuban masyarakat pelestari Situs Patiayam, yakni rumah bapak Mustofa di Dusun Kancilan, Terban.

Media Pembelajaran
Pengertian media mengarah kepada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Ada beberapa pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli seperti Santoso S. Hamidjojo, Mc Luhan, serta Oemar Hamalik. Santoso S. Hamidjojo (Sadiman, 1996) berpendapat bahwa media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan/menyebar ide, sehingga ide atau gagasan yang dikemukakan itu bisa sampai pada penerima. Mc Luhan (Sadiman, 1996) menyatakan bahwa media disebut juga channel (saluran) karena menyampaikan pesan dari sumber informasi itu kepada penerima informasi. Sementara itu Oemar Hamalik (1994) menyatakan bahwa hubungan komunikasi interaksi akan berjalan dengan lancar dan tercapainya hasil yang maksimal apabila digunakan alat bantu yang disebut media.
Dari berbagai pengertian dan pembatasan yang telah diberikan oleh para ahli tentang media, ada beberapa unsur yang terkandung dalam media (Sadiman, 1996), yaitu (1) segala sesuatu (fisik) yang dapat menyampaikan informasi atau pesan, (2) dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian penerima pesan, (3) sehingga tercipta bentuk-bentuk komunikasi.
Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam aktivitas pembelajaran, Heinich menyatakan bahwa media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membawa informasi atau pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara guru dan murid atau dosen dan mahasiswa (Furqon, 2005).
Dari berbagai pengertian tentang media dan pembelajaran tersebut, diambil suatu pemahaman bahwa media pembelajaran adalah semua alat (bantu) yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga belajar) yang dapat merangsang pemikiran, perasaan, dan perhatian penerima pesan sehingga tercipta bentuk komunikasi (pembelajaran).
Karakteristik media yang lazim digunakan dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran adalah: (1) media pandang yang yang tidak diproyeksikan [termasuk di dalamnya gambar diam, grafis (termasuk sketsa, bagan, diagram, grafik, kartun, gambar kronologi, poster, peta dan globe, papan flanel dan papan buletin), serta model dan realita], (2) media pandang yang diproyeksikan, (3) media audio, (4) sistem multimedia, (5) simulasi dan permainan (Latuheru, 1988: 41-123; Sadiman, 1996).
Menurut pengembangan dan persiapan pengadaannya, media dibedakan menjadi dua, yaitu media by utilization dan media by design. Media by utilization merupakan media yang tersedia, dimanfaatkan, serta dibuat secara komersial dan telah siap pakai. Sedangkan media by design adalah media yang dirancang dan dipersiapkan secara khusus (Sadiman, 1996). Museum Situs Pati Ayam termasuk ke dalam media by utilization. Hal ini dikarenakan di dalam Situs Pati Ayam terdapat berbagai peninggalan bersejarah seperti : Fosil Gading Gajah Purba (Stegodon), Elephas sp, Ceruus zwaani dan Cervus/ Ydekken martim (sejenis rusa), Rhenocerus sondaicus (badak), Susbrachygnatus dubois (babi), Felis sp, Bos bubalus palaeo karabau (sejenis kerbau), Bos banteng palaeosondaicus, dan Crocodilus sp (buaya).
Dari latar belakang tersebut, muncul permasalahan (1) bagaimana upaya peningkatan pemahaman pelajar tentang materi zaman prasejarah, (2) mengapa museum Museum Situs Pati Ayam dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam upaya peningkatan pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan posisi Museum Situs Pati Ayam dalam pengajaran sejarah, (2) menjelaskan posisi Museum Situs Pati Ayam sebagai media pembelajaran sebagai upaya peningkatan pemahaman pelajar tentang materi zaman prasejarah. Melalui penelitian ini, manfaat yang diperoleh secara teoretis berupa kajian ilmiah tentang manfaat Museum Situs Pati Ayam sebagai media pembelajaran. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang urgensi penggunaan media pembelajaran, khususnya Museum Situs Patiayam sebagai upaya peningkatan pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Observasi lapangan dilakukan di Museum Situs Pati Ayam pada 24 Maret 2008 untuk mengetahui macam media yang digunakan dalam materi zaman prasejarah. Wawancara dilakukan dengan staf museum serta narasumber yang memiliki kompetensi dalam hal media dan zaman prasejarah. Sedangkan dokumentasi menggunakan kajian literatur yang digunakan sebagai acuan sekaligus sebagai pisau analisis dari data yang diperoleh di lapangan.
Data yang diperoleh dari lapangan diolah sehingga diperoleh keterangan-keterangan yang berguna, selanjutnya dianalisis. Analisis data menggunakan model deskriptif kualitatif yaitu upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus untuk menjelaskan gambaran media pembelajaran tentang zaman prasejarah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Posisi Museum sebagai Media dalam Pengajaran Sejarah
Sejarah merupakan kejadian atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau yang membawa perubahan dan perkembangan secara berkesinambungan. Sebagai peristiwa, sejarah adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau (past human effect) yang sekali terjadi (einmalig). Oleh karena itu, suatu peristiwa sejarah tidak dapat diulang, karena hanya terjadi pada masa lampau tersebut.
Media dalam pembelajaran sejarah memegang peranan dan posisi yang penting. Hal ini dikarenakan media membantu dalam menggambarkan dan memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Peranan media yang lain adalah sebagai pengembang konsep generalisasi serta membantu dalam memberikan pengalaman dari bahan yang abstrak ---seperti buku teks--- menjadi bahan yang jelas dan nyata. Selain peranan tersebut, Saripudin menyatakan bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar dan dimanfaatkan untuk memfasilitasi kegiatan belajar (Djamarah, 2002:139). Dengan demikian untuk mewujudkan efektivitas pembelajaran sejarah harus dilakukan optimalisasi penggunaan media pembelajaran.
Pada pendidikan tingkat dasar dan menengah, peran media sangat diperlukan dalam pengajaran sejarah. Hal ini selain mempermudah guru dalam penyampaian materi, media berfungsi untuk mengembangkan kemampuan indera anak didik. Pada tingkat perguruan tinggi media sangat penting bagi mahasiswa dalam pemahaman dan penerimaan informasi. Pelajar akan absurd bila membayangkan jenis kapak batu apabila hanya dari informasi verbal. Namun pelajar akan segera mengetahui jenis kapak batu pada zaman prasejarah dengan melihat langsung, atau melalui media gambar dan foto. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi zaman prasejarah adalah museum.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, museum merupakan (1) gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut untuk mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah dan arkeologis, seni dan ilmu; (2) tempat untuk menyimpan barang kuno (Depdikbud, 1990).
Pengertian tentang museum telah dirumuskan oleh ICOM (International Council of Museum), yaitu museum adalah suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, dan dalam perkembangannya terbuka untuk umum, yang berfungsi mengawetkan, mengomunikasikan, dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan (Sulaiman, 1990: 100-107).
Ada beberapa pembagian museum. Menurut koleksinya, museum dibedakan menjadi dua yaitu museum umum dan museum khusus. Sedangkan menurut lokasinya museum dibagi menjadi tiga, yaitu museum nasional, museum lokal, dan museum lapangan (Sulaiman, 1990:100-107).
Semua jenis museum memiliki fungsi yang sama yaitu (1) tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan koleksi yang ada di museum, (2) pusat informasi dan penelitian, (3) sarana untuk memberikan gambaran tentang koleksi bahan-bahan yang menarik dan institusional, (4) media pembelajaran bidang studi tertentu, dan (5) sebagai objek karyawisata (Natawidjaja, 1979:113-114).
Dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi pelajar.

Memahami Zaman Prasejarah dengan Penggunaan Museum Situs Pati Ayam sebagai Media Pembelajaran

Seperti diketahui bahwa di situs patiayam telah ditemukan fosil berupa gading gajah purba yaitu sejenis stegodon (masa plistosen-pleistosen). Fosil ini diperkirakan pada zaman purba di masa plistosen-pleistosen. Dalam Situs Patiayam terdapat suatu masa hidup manusia purba Pithecanthropus erectus dan Homo erectus. Menurut teori evolusi Charles darwin kedua mahluk purba ini adalah asal-usul manusia modern. Fosil gading gajah purba tersebut ditemukan pada tahun 1982 di situs Gunung Slumprit Pegunungan Patiayam. Fosil ini berukuran panjang 365 cm dengan diameter 20 cm. selain itu, juga ditemukan fragmen-fragmen dan gigi geraham manusia purba. Fosil ini terletak di hutan petak no 21 desa terban kecamatan jekulo kudus (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus, 2005:15)
Sehubungan telah ditemukan fosil gading gajah purba, tim Balai Arkeologi Yogyakarta pada tanggal 16-17 November 2005 mengadakan peninjauan kepurbakalaan di Situs Patiayam yang antara lain meliputi pula lokasi Gunung Slumprit. Situs patiayam itu sendiri merupakan bagian dari endapan purba hasil letusan gunung muria. Temuan-temuan yang dihasilkan dari situs ini adalah sisa-sisa manusia purba Homo erectus : yang berupa satu buah gigi prageraham bawah dan tujuh buah pecahan tengkorak manusia, yang ditemukan oleh Dr. yahdi Yain dari geologi ITB , bandung, pada tahun 1979. Sejumlah besar tulang belulang binatang purba antara lain : Stegodon trigonochepalus (sejenis gajah purba), Elephas Sp, Ceruus zwaani dan Cervus/ Ydekken martim (sejenis rusa), Rhenocerus sondaicus (badak), Susbrachygnatus dubois (babi), Felis sp, Bos bubalus palaeo karabau, Bos banteng palaeosondaicus, dan Crocodilus sp (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus, 2005:18-19).
Temuan-temuan tersebut berasal dari lapisan batu pasir tufaan (tufaccus sandstones), yang menurut Prof. dr. Sartono dkk, merupakan jenis litologi dari formasi slumprit yang terbentuk pada kala plestosen bawah. Oleh karena itu, fosil-fosil tersebut menunjukkan usia antara 1 juta tahun hingga 700.000 tahun.
Melihat keadaan lingkungan di tempat penemun fosil yang merupakan tanah vulkanik, diperkirakan telah terjadi letusan gunung berapi. Mahluk purba yang mati karena dampak letusan gunung berapi mengalami pembekuan menjadi fosil. Pada penemuan fosil gajah purba, tulang paha manusia purba serta fosil kura-kura di sungai dudo diperkirakan mati karena kematian yang alami dan menjadi awet. Kematian mahluk purba terjadi karena bencana alam dan kematian yang alami.
Museum dapat digunakan sebagai media pembelajaran dengan menyesuaikan materi pelajaran. Penggunaan museum sebagai media pembelajaran disebabkan karena kompleksitas media yang tersedia sebagai penjelasan suatu peristiwa. Hal ini memberikan berbagai kemudahan bagi pelajar dalam memahami benda yang dipamerkan. Kemudahan yang diperoleh pelajar adalah karena di dalam museum telah disediakan berbagai media yang banyak memberikan informasi. Media tersebut dapat berupa model, realita, tabel, poster, atau sistem multimedia elektronik seperti media audiovisual. Namun demikian, tidak semua museum dapat dimanfaatkan dalam upaya peningkatan pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah. Hal ini dikarenakan tidak semua museum terdapat media yang menjelaskan tentang zaman prasejarah. Di Jawa Tengah museum yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran antara lain Museum Situs Patiayam.
Di dalam Museum Situs Patiayam, media yang dijadikan sumber belajar berupa sumber primer. Sumber primer merupakan benda peninggalan atau jejak-jejak kehidupan, meliputi artefak, fosil, ecofak, featur, isefak. Fosil yaitu sisa kehidupan yang telah membatu. Di Museum Situs Patiayam terdapat banyak koleksi fosil asli yang ditemukan disekitar Situs Patiayam seperti : Fosil Gading Gajah Purba (Stegodon), Elephas sp, Ceruus zwaani dan Cervus/ Ydekken martim (sejenis rusa), Rhenocerus sondaicus (badak), Susbrachygnatus dubois (babi), Felis sp, Bos bubalus palaeo karabau (sejenis kerbau), Bos banteng palaeosondaicus, dan Crocodilus sp (buaya). Diharapkan dengan melihat peningglan-peninggalan berupa fosil asli yang terdapat pada museum situs patiayam dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi zaman prasejarah. Hal ini dikarenakan dengan melihat langsung benda-benda sejarah maka akan memberikan gambaran secara konkret kepada siswa kaitanya dengan materi zaman prasejarah. Siswa tidak akan lagi merasa absurd dalam memahami materi zaman prasejarah.

Pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat berbagai macam media yang membantu siswa memahami materi tentang zaman prasejarah secara nyata. Melalui museum, pelajar belajar secara langsung tentang zaman prasejarah baik melalui realita, model, grafis, dan sistem multimedia, sehingga informasi yang didapatkan tidak bersifat verbalistis dan abstrak, tetapi besifat konkret. Adanya informasi konkret dari media ini, akan membantu tewujudnya konsep visualisasi, intrepretasi, dan generalisasi pelajar terhadap materi zaman prasejarah. Dengan tercapainya tiga aspek tersebut, yaitu visualisasi, interpretasi, dan generalisasi maka pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah telah terwujud.

Pembelajaran Berbasis Media
Pembelajaran berbasis media merupakan model pembelajaran dengan optimalisasi penggunaan media sebagai sarana peningkatan pemahaman pelajar tentang materi tertentu. Dalam pembelajaran sejarah, media pembelajaran memegang peranan penting (Kasmadi, 1996; Widja, 1989). Salah satu bentuk pembelajaran berbasis media adalah dengan penggunaan museum sebagai media pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah, museum berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi, dan generalisasi. Hal ini dikarenakan terdapat banyak media yang menyampaikan berbagai informasi kepada pelajar, khususnya tentang zaman prasejarah. Media yang terdapat dalam museum yang dapat menjelaskan tentang materi zaman prasejarah antara lain bagan, grafik, gambar, diorama, sistem multimedia, serta replika dan model. Oleh karena itu, dengan optimalisasi penggunaan media pembelajaran akan terwujud kegiatan pembelajaran yang efektif, sehingga pemahaman pelajar tentang materi zaman prasejarah akan terwujud.

KESIMPULAN
Media pembelajaran merupakan komponen dari pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran tidak dapat lepas dari kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah, media pembelajaran merupakan hal penting yang harus digunakan. Hal ini disebabkan sejarah merupakan peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau, sehingga untuk mempermudah pemahaman pelajar tentang peristiwa sejarah, khususnya zaman prasejarah penggunaan media mutlak digunakan. Penggunaan museum merupakan salah satu cara yang efektif dalam mewujudkan pemahaman pelajar tentang zaman prasejarah. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang zaman prasejarah. Adapun media yang terdapat dalam museum antara lain diorama, media grafis, foto dan gambar, serta media elektronik. Dengan demikian museum sebagai media pembelajaran berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, intepretasi, dan generalisasi pelajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tsabit Azinar. 2005. Memahami Zaman Prasejarah dengan Optimalisasi Media Pembelajaran. Semarang: Pendidikan Sejarah IIIA.
Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus. 2005. Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kabupaten Kudus. Kudus: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Furqon, Muhammad. Perguruan Tinggi Berbasiskan Media dan Teknologi. Dalam www.waspada.co.id (diunduh 25 April 2005)
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Cetakan 7. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hizbullah, A.F. 2003. Sejarah Kehidupan di Muka Bumi. Bandung: Tanpa penerbit.
____________. 2005. Temuan Fosil Manusia di Dunia. Bandung: Tanpa penerbit.
Kasmadi, Hartono. 1996. Model-Model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
Natawidjaja, Rochman.(ed). 1979. Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Poesponegoro, Marwati Djoned dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.
Sadiman, Arief W., dkk.2002. Media Pendidikan: Pengertian, Perkembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.
Soekmono, Dr. R. 19881. Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius
Sulaiman, Jusuf. 1990. ‘Permuseuman Indonesia’. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 13. Jakarta: Cipta Adi Pustaka.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Bandung: Diperbanyak oleh Nuansa Aulia.
Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pemanfaatan Handphone Sebagai Media Pembelajaran



Dewasa ini banyak sekali handphone dari berbagai merk beredar di masyarakat. Indonesia merupakan pasar terbesar di dunia bagi para vendor handphone. Rata-rata masyarakat Indonesia memiliki handphone lebih dari satu per orangnya. Mengapa handphone banyak sekali digunakan oleh masyarakat? Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain : infrastruktur jaringan telepon seluler yang telah dibangun di seluruh pelosok tanah air. Selain itu biaya penggunaan (untuk sementara baru biaya percakapan) boleh dibilang cukup murah. Dan faktor kelengkapan fitur yang ada di suatu handphone merupakan daya tarik sendiri bagi masyarakat untuk tidak lepas membawa handphone kemanapun dia pergi.

Keberadaan Handphone (Hp) memiliki fenomena tersendiri bagi dunia pendidikan khusunya bagi pelajar dan mahasiswa. Kehadirannya yang menawarkan kecanggihan untuk dapat mengakses segala informasi lintas dunia dengan sangat cepat, mudah dan murah sering dijadikan kambing hitam merosotnya moral/budi pekerti bangsa. Hal ini mungkin benar adanya, akan tetapi tentu tidak sepenuhnya benar jika ada anggapan/persepsi bahwa kehadiran telepon selular bagi pelajar dan mahasiswa lebih membawa dampak negatif dari pada positif.



Dampak Handphone bagi Pelajar
Disadari atau tidak memang segala sesuatu di dunia ini selalu hadir dalam dua sisi (positif dan negatif), tak terkecuali telepon selular, tinggal bagaimana kita mengelola agar sisi positif berperan lebih dominan dibanding sisi negatifnya. Kiranya kita sepakat bahwa kecepatan dan ketepatan akses komunikasi tentulah merupakan hal yang sangat positif bagi para pelajar dan siapa saja yang hidup di jaman ini. Sekarang untuk melakukan komunikasi cepat dan tepat cukup dengan sms. Saat itu untuk dapat menggali informasi lintas dunia kita harus pergi ke warnet yang sudah barang tentu sulit dijumpai di pedesaan. Sekarang cukup dengan telepon selular kitapun dapat mengakses informasi melalui internet.

Di samping hal positif seperti tersebut di atas, kehadiran telepon selular juga mengandung konsekwensi logis dengan berbagai dampak negatifnya. Bagi pelajar, pemanfaatan telepon selular tanpa terkendali berpotensi mencetak generasi pemalas dan berkepribadian menyimpang. Bagaimana tidak? Pengguna telepon selular selaku konsumen kini telah sedemikian dimanjakan oleh segudang fasilitas mudah dan murah yang ditawarkan produsen untuk dapat mengakses informasi global tanpa batas, sehingga siswa yang nota bene belum cukup memiliki perisai atau bekal mental yang memadai cenderung lebih suka melihat, membaca bahkan mengambil sajian yang terlalu vulgar yang bertentangan dengan nilai budaya dan ajaran agama semacam foto dan video seronok/porno yang terdapat di internet. Hal inilah yang sering dijadikan alasan keprihatinan akan maraknya penggunaan ponsel yang kini menjadi salah satu trend kehidupan modern.

Memanfaatkan Ponsel Sebagai Media Pembelajaran
Kurang bijak kiranya jika sekolah mengambil jalan pintas membuat aturan melarang siswa membawa ponsel ke sekolah sementara sekolah senantiasa dituntut mengikuti laju perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Yang perlu sekolah lakukan berkenaan dengan trend ini adalah mengelola bagaimana memetik sisi positif dengan memberdayakan ponsel siswa sebagai media pendukung pembelajaran. Misalnya, sekolah mestinya memiliki website resmi (jika memungkinkan) atau setidaknya Blog yang dikelola dengan baik yang di dalamnya disediakan link ke situs-situs lain yang memuat informasi edukatif dan dapat diakses melalui ponsel siswa. Setiap guru di sekolah tersebut diminta berperan sebagai kontributor dengan menyusun resume bahan ajar yang akan dan atau telah dibahas di ruang kelas, syukur jika para guru tersebut mampu membuat bahan ajar dalam bentuk media interaktif untuk di upload dan dapat di-download oleh siswa. Selain guru, siswa juga diminta berkontribusi untuk memanfaatkan situs sekolah sebagai wahana untuk berkreasi (misal penulisan pantun/puisi, cerpen, resep makanan, dsb), mengungkapkan pendapat, atau sekedar mejeng dengan menampilkan foto-foto terbaik mereka.

Mengantisipasi penyalahgunaan ponsel pelajar di sekolah tentu sekolah harus secara periodik melakukan pembinaan dan pemantauan(dapat dilakukan melalui rasia). Jika ditemukan penyimpangan dari penggunaan ponsel tersebut, siswa bersangkutan dapat diberi sanksi sesuai kadar penyimpangannya. Jika kadar penyimpangannya parah (misal berbau kriminal atau porno vulgar) dapat diberi sanksi dikeluarkan dari sekolah.

Berikut link yang menyediakan mobile learning (m-Leraning) :

* m-edukasi.net
* P4TK Matematika : Mobile Learning
* Gerjar.com

Sukses vs Gagal



Sebelum kenaikan kelas tahun pelajaran 2010/2011, kira-kira bulan Juni saya mendapat sms dari seorang murid kelas X yang inti isinya adalah meminta agar nilai kimia lebih tinggi dari yang diperoleh agar masuk jurusan IPA. Memang kimia, fisika, dan biologi merupakan tiga mata pelajaran yang disyaratkan untuk tidak kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan. Bila salah satu mata pelajaran ini nilanya di bawah KKM dapat dipastikan seorang siswa tidak akan masuk jurusan IPA.

Sekalipun salah kaprah bahwa jurusan IPA lebih elite dari IPS atau Bahasa dan hidup dijamin akan sukses, namun sudah kadung di negeri ini begitulah adanya. Termasuk orang tua murid ini. Kok saya tahu orang tua siswa ini terlibat? Dari alasan murid tersebut saya dapat penjelasan bahwa orang tuanya memaksa agar masuk IPA.

***

Sukses bisa jadi bagi murid atau orang tua adalah bila masuk jurusan IPA. Gagal adalah bila masuk jurusan non IPA alias IPS atau Bahasa. Bagi yang belum lulus SMA, lulus SMA adalah sebuah kesuksesan. Bagi yang belum sarjana, bila telah diwisuda dan mendapat ijazah, sukses telah dicapai. Ketika mendapatkan sebuah pekerjaan, seorang penganggur akan berucap “yes… sukses!!!” Bagi peserta piala dunia sepak bola, sukses adalah bila memeroleh gelar juara.

Kita, dalam kehidupan ini sesungguhnya telah meraih puluhan bahkan ratusan kesuksesan. Contoh, ketika saya usia belasan dan alhumdillah dapat masuk ke sebuah SMA negeri di Bandung, sementara banyak kawan yang masuk SMA swasta, mereka bilang saya telah sukses. Ketika saya masuk perguruan tinggi negeri, sementara banyak kawan yang tidak masuk, banyak tetangga bilang saya telah sukses. Dan, ketika saya mendapat pekerjaan sebagai pegawai negeri, banyak saudara yang bilang saya telah sukses. Bahkan, ketika saya mampu menulis dan menerbitkan sebuah buku, banyak sahabat mengatakan saya adalah manusia sukses.

So, kalau begitu sukses itu apa? Setidaknya dari cerita di atas saya telah mencapai empat kesuksesan. Bayangkan kalau saya ceritakan seluruh kisah hidup saya, bisa jadi ratusan sukses telah saya capai. Menurut pemikiran saya tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah meraih kesuksesan. Mengapa? Sukses bisa jadi berbatas waktu, artinya sukses bisa terjadi pada saat tertentu saja. Betul, ketika buku pertama berhasil diluncurkan, saya merasa sukses. Namun beberpa bulan kemudian sukses tersebut kadarnya berkurang karena saya ingin meluncurkan buku kedua, saya ingin sukses kembali.

Peristiwa di atas menunjukan bahwa sukses datang silih berganti. Sukses pun selalu menanti kita sepanjang kita masih bernapas. Tetapi ada yang aneh dengan sukses yaitu terus menerus menghampiri kita, tinggal bagaimana kita menjemputnya. Orang mengatakan bahwa lawan kata dari sukses adalah gagal. Nah, untuk mencapai sukses berarti kita harus siap menghadapi kegagalan. Artinya, kita harus berani gagal. Siapa berani gagal, sukses di depan mata.

***

Setali tiga uang dengan sukses, gagal pun silih berganti datang. Ketika menghapi kegagalan sudah wajar bila seseorang bangkit. Bedanya orang sukses sekali lebih banyak bangkit dibanding orang gagal. Oleh sebab itu bila kita menemukan atau merasakan pekerjaan kita mengalami kegagalan maka kita pun patut bersukur. Lho? karena ini berarti jatah gagal kita sudah berkurang satu alias sukses telah dekat.

Jadi, bila gagal masuk jurusan IPA bukan berarti hidup gagal pula, justru kesuksesan bisa jadi ditemukan kala kita berkali-kali bangkit dari kegagalan di jurusan IPS. Bagaimana pendapat Anda?

7 Cara Menghadapi Anak Era Digital



Jujur saja! Siapa yang lebih canggih memainkan fitur-fitur di komputer atau smart phone di rumah? Anda atau si kecil? Di era digital ini tampaknya kemampuan kita sebagai orangtua tertinggal dengan kemampuan anak dalam memahami berbagai gadget canggih. Hal ini yang mengilhami Marc Prensky membuat tulisan ilmiah yang berjudul Digital Natives, Digital Immigrants.

Digital Natives adalah istilah yang menggambarkan anak-anak yang lahir dan bertumbuh di era digital. Sehingga cara berpikir, berbicara, bertindak dan menilai sesuatu sangat dipengaruhi oleh dunianya. Sedang generasi kita sebagai orangtua dikatakan sebagai generasi digital immigrants. Karena kita tidak lahir pada masa pertumbuhan digital dan baru kemudian menyesuaikan diri.

Tentu saja semua ini adalah akibat dari suatu peradaban dan industri yang mau tak mau harus kita terima. Walaupun demikian peralatan digital seperti gadget memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Positif dan negatif. Dampak positifnya tentu tidak perlu lagi dibahas, namun dampak negatifnya cukup mengkhawatirkan. Misalnya terpaparnya anak dari pornografi serta materi-materi yang berdampak buruk bagi mereka. Apa saja yang harus diperhatikan agar peralatan canggih era digital ini tidak menimbulkan dampak negatif pada anak?

1. Memperkenalkan atau memberikan gadget dengan pertimbangan yang matang

Sebelum memutuskan untuk memperkenalkan atau memberikan gadget pada anak, pikirkan kembali apa perlunya peralatan canggih tersebut bagi mereka. Jika tidak ada alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, lebih baik tunda, hindarkan atau dipikirkan ulang memperkenalkan atau memberikan gadget pada anak. Misalnya anak usia di bawah 3 tahun lebih baik tidak diperkenalkan pada komputer dahulu untuk menghindarkan dampak radiasi, sedangkan anak SD, misalnya, tidak perlu diberikan smartphone. Cukup ponsel murah biasa tanpa fitur canggih jika keadaan mendesak. Smartphone akan mempermudah akses anak pada hal-hal negatif di dunia maya, seperti pornografi atau game yang merusak tanpa dapat dikontrol.

2. Memproteksi anak dari dampak negatif dunia maya

Terutama bagi anak dari awal diperkenalkannya internet hingga usia remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan memasang parenting software filter khusus atau memasang search engine untuk anak. Sebaiknya komputer juga diletakan di ruang keluarga untuk mempermudah Anda mengontrol apa yang diakses anak dari komputernya. Selain itu jangan biarkan mereka mengakses internet di warnet tanpa Anda temani. Karena tidak semua warnet menggunakan proteksi pada komputer mereka.

3. Tetapkan aturan yang jelas dan telah disetujui bersama

Aturan yang jelas berhubungan dengan waktu penggunaan gadget sehari-hari, berapa lama boleh mengakses internet, berapa lama boleh bermain game, kapan boleh mengutak-utik smartphone dan sebagainya. Sebelum menetapkan aturan, jelaskan dulu apa yang mendasari Anda menetapkan aturan tersebut dengan bahasa yang mereka pahami.

4. Jangan gaptek

Jangan sampai kalah dengan anak dalam memahami teknologi. Cobalah untuk mempelajari berbagai fitur di gadget Anda dan gadget anak Anda. Tidak hanya gadget, namun pelajari juga beragam sosial media, isi games serta berbagai perangkat di gadget yang dapat membantu Anda mengontrol aktifitas anak saat asyik dengan gadgetnya tersebut.

5. Seimbangkan kegiatan anak

Jangan biarkan anak terus menerus berkutat dengan peralatan digital yang Anda miliki. Namun seimbangkan dengan berbagai kegiatan lain, misalnya kegiatan aktif, seperti berolah raga, membaca buku atau bersosialisasi dengan melakukan playdate dengan teman sebayanya yang Anda kenal dan beragam kegiatan lainnya.

6. Beri contoh yang baik

Percuma jika Anda melarang si kecil terus menerus berkutat dengan gadget sedangkan Anda sendiri asyik bermain facebook dari smartphone Anda. Orangtua sekarang juga sedang berada dalam kultur absentism, kultur yang abai terhadap pengasuhan anak. Bisa jadi hal itu dikarenakan orangtua sendiri terlalu euphoria dengan gadgetnya sendiri, atau terlalu menghayati pekerjaannya yang multitasking sehingga justru menyisakan sedikit waktu untuk bercengkerama dengan keluarga, serta banyak lagi penyebab lain. Namun sebaiknya kita jangan memberi contoh yang buruk demi kebaikan anak-anak kita nantinya, dalam hal ini yang berhubungan dengan penggunaan gadget.

7. Upayakan komunikasi terbuka

Jalin hubungan yang mesra dengan anak. Cobalah untuk lebih fleksibel dengan menjadikan diri sebagai sahabat dari anak sehingga anak tidak merasa takut atau enggan ‘curhat’ pada orangtuanya. Bekali anak dengan nilai-nilai moral dan agama yang baik tanpa harus menggurui terus menerus. Cukup dengan jalin komunikasi dan diskusi yang terbuka mengenai berbagai hal akan membuat mereka membuka diri pada kedua orangtuanya.[esthi]