S e l a m a t   D a t a n g di Blog Pusat Sumber Belajar SMA Negeri 1 Kota Cirebon Info : Ferifikasi Data Siswa Baru/PPDB SMA RSBI Negeri 1 Kota Cirebon dari tanggal 5 - 15 Mei 2012 silahkan Klik ke www.smansa.ppdbrsbi-cirebon.org

Rabu, 18 Agustus 2010

Mekkah Mean Time Tinggal Tunggu Waktu


Kepala Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi LIPI Mego Pinandito mengatakan, wacana pemindahan titik standar waktu dari kota Greenwich atau Greenwich Mean Time (GMT) ke kota Mekkah yang disebut Mekkah Mean Time (MMT) kemungkinan hanya menggeser waktu di Indonesia.

"Kalau hanya perpindahan waktu yang dipindah dari Greenwich ke Mekkah kemungkinan hanya menggeser waktu di Indonesia saja. Yang tadinya +7 jam GMT untuk WIB, berubah jadi +4 jam MMT," katanya, Senin (16/8/2010), saat dihubungi Kompas.com.

Perubahan waktu ini akan berdampak besar pada aktivitas masyarakat sehari-hari, mulai dari kegiatan ekonomi, telekomunikasi, hingga penerbangan internasional. Mego melanjutkan, penetapan MMT ini juga belum jelas konsepnya. Apakah yang diganti hanya patokan waktu ataukah garis bujur ditarik jadi nol derajat berada di kota Mekkah.

"Kita lihat dulu konsepnya seperti apa. Kalau sampai menarik bujur nol derajat, tentu posisi astronomis negara berubah semua. Peta tentu akan berubah," ujarnya.

Akan tetapi, menurutnya, ketetapan MMT oleh pemerintahan Arab Saudi ini harus didukung dunia internasional, tidak bisa bersifat parsial, atau hanya disetujui sebagian negara saja.

"Semua negara harus sepakat, seperti dengan GMT. Dengan begitu, barulah konsep ini bisa jalan, tidak bisa parsial," ungkapnya.

Pemerintahan Arab Saudi kini tengah membangun sebuah jam raksasa di pusat kota Mekkah, tepatnya di puncak Menara Abraj-Al Bait. Menara jam ini dikabarkan lima kali lebih besar dari menara jam Big Ben di Inggris. Selain itu, pembangunan menara raksasa tersebut juga merupakan langkah pemerintahan Arab Saudi dalam mewujudkan ambisi mengubah pusat waktu dunia dari Greenwich ke Mekkah.

Arab Saudi mengklaim bahwa kota suci Mekkah sebagai pusat episentrum dunia bahwa tidak ada kekuatan magnetik di kota ini. Akan tetapi, wacana MMT ini bukan perkara mudah karena harus mengubah paradigma dunia internasional yang sudah 126 tahun menggunakan standar waktu GMT.

GMT dan MMT Diperlukan, Standardisasi Waktu Dunia


Kepala Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi LIPI Mego Pinandito mengungkapkan, standardisasi waktu dunia sangat diperlukan. Manfaatnya, untuk menyamaratakan persepsi waktu masyarakat dunia yang berpengaruh pada kegiatan ekonomi, penerbangan, dan telekomunikasi.

"Jelas standardisasi waktu ini sangat penting. Kalau misalnya pesawat A pakai waktu A dan pesawat B pakai waktu B, ini kan kacau. Bisa-bisa terjadi kecelakaan," ujarnya, Senin (16/8/2010) saat dihubungi Kompas.com.

Ia melanjutkan, selain di bidang penerbangan, standardisasi waktu juga berguna di bidang komunikasi dan perekonomian. "Bisa saja karena patokannya tiap negara beda-beda, konsumen nantinya yang akan dirugikan. Semua bidang pasti akan terpengaruh," ujar Mego.

Menurut Mego, dalam menetapkan waktu, seperti yang terjadi di Indonesia, patokannya ada pada garis bujur yang ditarik dari kota Greenwich dan jam atom negara-negara di dunia. "Minimal kita ada dua jam atom di masing-masing negara. Di sini, kita (LIPI) ada alat yang mampu mengomparasi waktu dengan negara-negara lain," ujarnya.

Komparasi dilakukan dengan melihat apakah frekuensi getaran stabil atau tidak. Kestabilan frekuensi getar akan memengaruhi petunjuk waktu di Indonesia. "Jadi, penetapan garis bujur nol derajat di Greenwich dan frekuensi getaran inilah yang berpengaruh dalam penetapan waktu di Indonesia," papar Mego.

Terkait wacana pembuatan Mekkah Mean Time (MMT), apakah perubahan patokan waktu dunia saat ini diperlukan? "Kalau masalah patokan waktu itu memang tidak ada standarnya. Tapi enggak mudah juga. Asal disepakati semua negara, baru bisa jalan," Mego menjelaskan.

Seperti dikabarkan, belum lama ini muncul wacana pembuatan MMT untuk menggantikan Greenwich Mean Time (GMT) yang sudah ditetapkan sejak tahun 1884. Pemerintahan Arab Saudi mengklaim kota Mekkah sebagai episentrum dunia dan tidak memiliki kekuatan magnet.